Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya, Katakanlah (Muhammad),
‘Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku,
meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)
(Al-Kahfi:109).

Saturday 26 October 2013

Kosmetika Warisan Islam




Agama Islam mengajarkan umat nya untuk selalu hi dup bersih dan sehat. Bah kan dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW ber sabda, ‘’Kesehatan merupa kan salah satu hak bagi tubuh manusia.’‘ Se ruan yang meminta agar umat Islam me melihara kebersihan ram but dan badan ini rupaya te lah mendorong para sar jana dan il mu – wan Muslim un tuk meng hasilkan be ra gam produk kosmetika.


kosmetik

Tahukah anda beragam jenis kosmetika seperti deodoran, lotion, pewar na ram but yang berkembang pesat saat ini me ru pa kan hasil kar ya sarjana Muslim di era kekhalifahan? Pengem bangan produk kosmetika di dunia Islam begitu gen car di la kukan seorang dok ter dan ahli bedah Mus lim di Andalusia, Al-Zahrawi (936 M – 1013 M) pada abad ke-10 M. Dalam ensiklopedia kesehatan yang ber judul Al-Tasreef, Albucassis begitu Barat menjuluki Al-Zahrawi, telah mengupas se cara khusus ten tang kosmetika. Bagi Al-Zah rawi, kosmetika merupakan bagian dari pengobatan. Kitab Al-Tasreef ini be gitu besar pengaruhnya di Eropa.

Setelah dialihbahasakan ke dalam ba hasa Latin, kitab yang memperkenalkan kos metika itu sempat men – jadi buku utama yang digunakan kebanyakan universitas di Eropa pada abad ke-12 M hingga 17 M. Ke mung – kinan besar dari kitab itulah Ba rat mengembangkan produk kosmetika. Tak heran, jika kini negara-negara Barat menjadi produsen kosmetika terbesar di dunia.

Dalam Al-Tasreef, Al-Zahrawi juga me nye butkan pentingnya minyak gosok dan mengupas bahan-bahan dasar untuk mem buat minyak itu secara detail. Al-Zahrawi ju ga me-ngajarkan cara-cara memperkuat gusi dan memutihkan gigi. Ia juga memper kenalkan beragam parfum dengan aro ma yang bervariasi.
Al-Zahrawi menggunakan zat mi – nyak yang disebut Adhan untuk pengobatan dan ke cantikan. Sebagai seorang ilmuwan Mus lim, Al-Zahrawi menjelaskan cara pe rawatan dan kecantikan rambut, kulit, gigi, dan seluruh bagian tubuh dalam batas-batas ajaran Islam.

Pada abad ke-12 M, peradaban Islam di Spanyol juga sudah mengenal dan menggunakan produk kosmetika lainnya seperti krim tangan (hand cream, pencuci mu lut (mouth washes), serta nasal spray. Selain itu, peradaban Islam di era keemas – an juga telah menemukan semacam deterjen yang ber nama lenor. Bahan yang mengandung we wangian itu digunakan untuk mencuci pa kaian agar bersih dan harum.
Saat Cordoba mencapai kemajuan yang be gitu pesat, umat Islam memiliki tradisi untuk membawakan bunga bagi orang yang sakit. Tren itu dimulai ketika Cor doba memiliki 600 masjid, 300 pemandian umum, 50 rumah sakit dan 70 perpusta kaan publik, hingga kini masih tetap ber – kembang di era modern ini.
Stanley Lane Poole pada 1887 dalam bu ku ‘The Moors in Spain’ mengakui kehebat an yang dicapai umat Islam di Spanyol. De ngan nada menyindir, Lane Poole me nyatakan kemilau yang diperoleh Kristen Spa – nyol setelah Islam diusir bagaikan bu lan yang cahayanya hasil meminjam dari umat Islam.

Selain Al-Zahrawi, dokter Muslim lainnya yang berkontribusi dalam bidang kecantikan adalah Ibnu Sina (980 M – 1037 M). Dalam salah satu bab pada bukunya yang sangat feno – menal berjudul Canon of Medicine, Ibnu Sina secara khusus memba has tema kecantikan atau Ziyet. Avi – cenna begitu orang Barat memanggilnya mengupas tentang perawatan tubuh mulai dari rambut dan tubuh.

29bevy1

Selain itu, Ibnu Sina juga membahas ca ra-cara perawatan kulit serta penyakit kulit dan penyembuhannya. Dokter Mu s lim itu juga memaparkan seputar masalah obesitas dan tubuh yang terlalu kurus serta dampaknya bagi penampilan. Beri – kut ini beberapa ringkasan dari bab tentang Ziynet yang dipaparkan Ib – nu Sina dalam Canon of Medicine. Pertama, Ibnu Sina membahas ten tang simp tom atau gejala. Contohnya, ia meng upas tentang berbagai masalah kecantikan yang kerap dihadapi setiap orang, se perti ram – but rontok, kulit yang berubah pu – cat, serta bagaimana merampingkan tubuh.

Ibnu Sina memulai studinya ten – tang ke cantikan dimulai dari perawatan kepala dan diakhiri dengan kaki. Khusus pera wat an kaki, Ibnu Sina menekankan pada pe rawatan kuku. Topik tentang kecanti kan ber – kaitan erat dengan kosmetika. Da – lam kitabnya yang fenomenal itu, ia juga mengungkapkan tentang fo – mula pera wat an rambut dan kulit. Selain itu, Ibnu Sina juga meme – parkan tentang penyakit-penyakit kulit, metabolisme serta makanan yang perlu dikonsumsi dan tidak untuk menjaga kecantikan tubuh.

Tujuan Ibnu Sina mengupas masa lah kecantikan bukan bertujuan untuk mempercantik orang, namun ia lebih me nekankan pada sudut pandang ke sehatan, yakni cara merawat tubuh.

Kedua, dalam bab tentang kecantikan Ib nu Sina juga lebih menekan – kan pada ob servasi. Tema Ziynet berhubungan de ngan gejala-gejala yang dapat diobservasi secara eks ternal. Observasi bertujuan un tuk mempermudah kerja para dokter untuk menangani dan mengatasi berbagai penyakit yang biasa terjadi pada tubuh mulai dari kepala hingga kaki.

Para sarjana Muslim memberi kontribusi yang begitu besar dalam bidang kosmetika dan kecantikan. Lagi-lagi masyarakat Ba rat berutang budi kepada Al-Zahrawi dan Ibnu Sina yang telah melahirkan be – ra gam terobosan dalam bidang kosmetika dan kecantikan.

Pelopor Aroma Industri Parfum

Parfum begitu identik dengan kota Pa ris, Prancis. Di kota mode itulah sen tra in dus tri parfum dan kosme – tik kini ber ada. Namun tahukah Anda bah wa industri parfum itu berasal dari du nia Islam? Se ja tinya, para ilmuwan Is – lam di era kekhalifahanlah yang me – ngembangkan teknologi in dus tri pembuatan parfum sejak abad ke-8 M.

Masyarakat Eropa baru mengenal parfum dan tek nik pembuatannya sekitar abad ke-14 M atau enam abad setelah parfum ber kem bang pesat di dunia Islam. Lagi-lagi, masyarakat Barat kembali berutang bu di kepada sejarah peradaban Islam yang telah ber kembang pesat lebih awal. Orang Barat memang ba nyak meniru cara pembuatan parfum dari dunia Islam.


InstrmtsQuirurgicos_AlTasri

Memang benar sebelum Islam datang, masyarakat dunia sudah mengenal par – fum. Konon, seni membuat parfum telah dimulai masyarakat Mesir kuno. Menurut catatan sejarah, ahli kimia pertama di dunia yang membuat parfum adalah Tapputi yang ber asal dari Mesopotamia. Para arkeolog Italia juga menemukan fakta lain. Mereka menemukan parfum yang ber umur 4.000 tahun lalu atau pada Zaman Perunggu di kepulauan Cyprus. Adalah fakta yang tak terbantahkan bah wa kebudayaan Islam telah memberi pe nga ruh yang sangat signifikan terha – dap pe nkembag an industri parfum di dunia Barat. Dunia Islam berkontribusi besar dalam memperkenalkan proses ekstrasi we wangi an melalui teknologi distilasi uap yang te lah di kembangkan para ilmuwan Islam se jak abad ke-8 M. Industri parfum modern di dunia Ba rat pun ba – nyak mengadopsi bahan ramuan pa rfum yang telah dikembangkan para ahli kimia Muslim.

Dominasi dunia Islam dalam mengembangkan parfum di era keemasan ditopang de ngan budaya masyarakatnya sebagai pedagangan. Bangsa Arab dan Persia yang banyak menjadi saudagar kerap berkeliling dan menjelajahi dunia. Tak heran, bila me re ka mengenal dan me nemukan beragam jenis tanaman ser – ta bahan-bahan mewangi an di sentero dunia.

Mereka lalu membawa pula tanaman yang mereka temukan dan mengembang kannya di luar daerah aslinya. Dua tanam an yang dikembangkan umat Islam di era kejayaan untuk dijadikan ba – han parfum ada lah melati yang ber asal dari Asia Sela tan dan Asia Tenggara serta jeruk yang ber asal dari Asia Timur. Hingga kini, keduanya masih menjadi bahan yang sangat penting dalam industri parfum modern.

Dalam kebudayaan Islam, pengguna – an parfum telah dimulai ketika zaman Ra su lul lah SAW, yakni pada adab ke-6 M. Industri parfum tumbuh pesat di dunia Islam, ka rena Rasulullah SAW menganjurkan se orang Muslim untuk menggunakan we wangi an ketika akan shalat Jumat.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW ber sabda: ‘’Mandi, memotong kuku, men cabut bulu-bulu tak perlu, memakai siwak, mengusapkan wewangian (par – fum) sebi sa nya pada hari Jumat dianjurkan pada setiap laki-laki yang telah baligh.’‘ (Muttafaq ‘alaih).

Hadits itu mendorong para ilmuwan Is – lam untuk mengeksplorasi dan mengembang k an dan memproduksi parfum da – lam jumlah yang besar. Industri parfum pada era keemasan dikembangkan dua ahli ki mia Muslim, Jabir Ibnu Hayyan (722 M – 815 M) serta Al-Kindi (lahir 801 M). Kedua ilmuwan itulah yang mendi – rikan industri parfum di dunia Islam.

Jabir mengembangkan begitu banyak teknik, yakni distilasi, penguapan dan penya ringan. Ketiga teknik itu mampu mengumpulkan wewangian tumbuhan da lam bentuk uap. Hasilnya dapat di kum pul kan dalam bentuk air atau minyak.

Upaya mengembangkan indusrti parfum juga dilakukan Al-Kindi. Bahkan, ilmuwan kelahiran Irak itu disebut-sebut sebagai pendiri industri parfum yang se benarnya. Betapa tidak, semasa hidupnya Al-Kindi melakukan penelitian yang luas serta bera gam eksperimen untuk menggabungkan beragam tanaman dan aneka bahan la in nya untuk meproduksi beragam wewangian.

Al-Kindi juga mengelaborasi beragam resep untuk membuat parfum, kosmetik dan obat-obatan. Parfum floral yang di – kembangkan Umat Islam itu mulai diperkenalkan kepada masyarakat Eropa an ta ra abad ke-11 M dan 12 M melalui ja lur perdagangan. Hal itu dikuatkan de ngan catatan pada Pepperers Guild of London yang ber ta rikh 1179 M yang me nyebutkan bahwa orang Eropa melaku kan transaksi bahan-bahan parfum serta rempah-rempah de ngan pedagang Muslim.

Sementara itu, Orang Eropa baru me- nge nal cara dan teknik pembuatan baru pada abad ke-14 M. Mereka mengetahuinya dari masyarakat Muslim di semenanjung Arab yang terlebih dahulu me – ngembangkan industri parfum.


sumber dari: tonyoke.wordpress.com

No comments:

Post a Comment