Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya, Katakanlah (Muhammad),
‘Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku,
meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)
(Al-Kahfi:109).

Sunday 20 January 2013

Ali bin Abi Thalib diibaratkan gerbangnya ilmu



Decorated Library


Pada suatu ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menyatakan bahwa dirinya diibaratkan sebagai kota ilmu, sementara Ali bin Abi Thalib adalah gerbangnya ilmu. Mendengar pernyataan yang demikian, sekelompok kaum Khawarij tidak mempercayainya. Mereka tidak percaya, apa benar Ali bin Abi Thalib cukup pandai sehingga ia mendapat julukan "gerbang ilmu" dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Berkumpullah sepuluh orang dari kaum Khawarij. Kemudian mereka bermusyawarah untuk menguji kebenaran pernyataan Rasulullah tersebut. Seorang di antara mereka berkata, "Mari sekarang kita tanyakan pada Ali tentang suatu masalah saja. Bagaimana jawaban Ali tentang masalah itu. Kita bisa menilai seberapa jauh kepandaiannya. Bagaimana? Apakah kalian setuju?"
"Setuju!" jawab mereka serentak.
"Tetapi sebaiknya kita bertanya secara bergiliran saja", saran yang lain. "Dengan begitu kita dapat mencari kelemahan Ali. Namun bila jawaban Ali nanti selalu berbeda-beda, barulah kita percaya bahwa memang Ali adalah orang yang cerdas."

"Baik juga saranmu itu. Mari kita laksanakan!" sahut yang lainnya.
Hari yang telah ditentukan telah tiba. Orang pertama datang menemui Ali lantas bertanya, "Manakah yang lebih utama, ilmu atau harta?"
"Tentu saja lebih utama ilmu," jawab Ali tegas.
"Ilmu adalah warisan para Nabi dan Rasul, sedangkan harta adalah warisan Qarun, Fir'aun, Namrud dan lain-lainnya," Ali menerangkan.
Setelah mendengan jawaban Ali yang demikian, orang itu kemudian mohon diri. Tak lama kemudian datang orang kedua dan bertanya kepada Ali dengan pertanyaan yang sama. "Manakah yang lebih utama, ilmu atau harta?"
"Lebih utama ilmu dibanding harta," jawab Ali.
"Mengapa?"
"Karena ilmu akan menjaga dirimu, sementara harta malah sebaliknya, engkau harus menjaganya."
Orang kedua itu pun pergi setelah mendengar jawaban Ali seperti itu. Orang ketiga pun datang menyusul dan bertanya seperti orang sebelumnya.
"Bagaimana pendapat tuan bila ilmu dibandingkan dengan harta?"
Ali kemudian menjawab bahwa, "Harta lebih rendah dibandingkan dengan ilmu?"
"Mengapa bisa demikian tuan?" tanya orang itu penasaran.
"Sebab orang yang mempunyai banyak harta akan mempunyai banyak musuh. Sedangkan orang yang kaya ilmu akan banyak orang yang menyayanginya dan hormat kepadanya."

Setelah orang itu pergi, tak lama kemudian orang keempat pun datang dan menanyakan permasalahan yang sama. Setelah mendengar pertanyaan yang diajukan oleh orang itu, Ali pun kemudian menjawab, "Ya, jelas-jelas lebih utama ilmu."

"Apa yang menyebabkan demikian?" tanya orang itu mendesak.
"Karena bila engkau pergunakan harta," jawab Ali, "jelas-jelas harta akan semakin berkurang. Namun bila ilmu yang engkau pergunakan, maka akan semakin bertambah banyak."

Orang kelima kemudian datang setelah kepergian orang keempat dari hadapan Ali. Ketika menjawab pertanyaan orang ini, Ali pun menerangkan, "Jika pemilik harta ada yang menyebutnya pelit, sedangkan pemilik ilmu akan dihargai dan disegani."
Orang keenam lalu menjumpai Ali dengan pertanyaan yang sama pula. Namun tetap saja Ali mengemukakan alasan yang berbeda. Jawaban Ali tersebut ialah, "Harta akan selalu dijaga dari kejahatan, sedangkan ilmu tidak usah dijaga dari kejahatan, lagi pula ilmu akan menjagamu."

Dengan pertanyaan yang sama orang ketujuh datang kepada Ali. Pertanyaan itu kemudian dijawab Ali, "Pemilik ilmu akan diberi syafa'at oleh Allah Subhaanahu wa Ta'ala di hari kiamat nanti, sementara pemilik harta akan dihisab oleh Allah kelak."
Kemudian kesepuluh orang itu berkumpul lagi. Mereka yang sudah bertanya kepada Ali mengutarakan jawaban yang diberikan Ali. Mereka tak menduga setelah mendengar setiap jawaban, ternyata alasan yang diberikan Ali selalu berbeda. Sekarang tinggal tiga orang yang belum melaksanakan tugasnya. Mereka yakin bahwa tiga orang itu akan bisa mencari celah kelemahan Ali. Sebab ketiga orang itu dianggap yang paling pandai di antara mereka.

Orang kedelapan menghadap Ali lantas bertanya, "Antara ilmu dan harta, manakah yang lebih utama wahai Ali?"
"Tentunya lebih utama dan lebih penting ilmu," jawab Ali.
"Kenapa begitu?" tanyanya lagi.
"Dalam waktu yang lama," kata Ali menerangkan, "harta akan habis, sedangkan ilmu malah sebaliknya, ilmu akan abadi."
Orang kesembilan datang dengan pertanyaan tersebut. "Seseorang yang banyak harta", jawab Ali pada orang ini, "akan dijunjung tinggi hanya karena hartanya. Sedangkan orang yang kaya ilmu dianggap intelektual."

Sampailah giliran orang terakhir. Ia pun bertanya pada Ali hal yang sama. Ali menjawab, "Harta akan membuatmu tidak tenang dengan kata lain akan mengeraskan hatimu. Tetapi, ilmu sebaliknya, akan menyinari hatimu hingga hatimu akan menjadi terang dan tentram karenanya."

Ali pun kemudian menyadari bahwa dirinya telah diuji oleh orang-orang itu. Sehingga dia berkata, "Andaikata engkau datangkan semua orang untuk bertanya, insya Allah akan aku jawab dengan jawaban yang berbeda-beda pula, selagi aku masih hidup."

Kesepuluh orang itu akhirnya menyerah. Mereka percaya bahwa apa yang dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam di atas adalah benar adanya. Dan ali memang pantas mendapat julukan "gerbang ilmu". Sedang mengenai diri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sudah tidak perlu diragukan lagi.


sumber: alislam.org.id

cahaya dua masjid




Tadi siang ketika iseng-iseng baca sebuah rubik di dalam majalah, dengan cover masjidil haram, saya mencoba membaca baris demi baris untuk mengetahui isinya. Dan menarik, dijelaskan sejarah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Berikut yang dapat saya ketik bait demi bait pada pointnya :





Cahaya dari Makkah

“Saya pikir dulu kita pergi Haji atau Umrah nanti saja kalau sudah tua. Bukannya salah, tapi saya merasa beruntung bisa pergi sekarang. Banyak hal bisa saya pelajari. Ternyata belajar itu fardhlu ain, sangat berkait dengan amalam kita sekarang. Soal Haji atau Umrah ini sangat berkait dengan sholat ya..” Kalimat itu keluar dari mulut Karim Ramli, seorang jamaah Umrah dari Sulawesi Selatan. Dengan menenteng handycam-nya yang diselipkan di baju mirip gamisnya yang longgar, ia berkeliling di bagian luar halaman Masjid Nabawi,

Madinah, setelah menyelesaikan prosesi Umrahnya di Makkah, sebelum kemudian pulang ke Indonesia.
Makkah dan Madinah memang sepasang kota bagai magnet bercahaya bagi pemeluk Islam, terkait dengan praktik atau amalan keyakinan. Makkah juga tujuan utama dalam menunaikan rukun Haji sebagai bagian dari rukun Islam. Tapi benarkah demikian? Tentu saja, apalagi dalam perspektif keagamaan. Nabi Muhammad SAW yang membawa agama Islam juga lahir dari kota ini pada tahun 571 Masehi. Tapi juga merunut sejarahnya, sebenarnya lebih luas dari itu. Makkah dipercaya juga sebagai hiposentrum dari planet bumi ini. Kajian sejarah dan teks-teks keagamaan menempatkan Makkah jauh lebih universal. Madinah, di sisi lain, adalah seperti kembaran dalam trah perjalanan sejarah agama Islam, di mana jenazah Nabi Muhammad SAW dimakamkan di situ. Keduanya menjadi kota suci bagi pemeluk Islam. Tapi sekali lagi, ternyata banyak pelajaran yang sifatnya universal yang bisa dipahami oleh seluruh orang di muka bumi ini.


Kajian Agama dan Teks Sejarah

Kajian agama menempatkan Nabi Adam AS sebagai manusia pertama mengamalkan Haji pada hakikatnya atas perintah Tuhan untuk “Hajilah kamu sebelum mati”–meski belum seperti detail yang kita kenal sekarang.
Konon, malaikat Jibril menunjukkan kepada Adam AS jalannya, berkali-kali memutari sebuah hiposentrum lembah di Bakkah–kelak dikenal dengan nama Makkah.

Itulah lokasi yang di kemudian hari pemeluk Islam menyembutnya dengan “Baitullah”. Namun saat itu belum ada apa-apa. Ka’bah pun belum ada. Tentu juga Masjidil Haram secara fisik. Namun dari berkali-kali “Syai” itu, “Rumah Allah” yang memang ghaib itu tak jua tampak oleh Adam, hingga akhirnya beliau menjauh dari tempat itu, lalu terduduk diam di Arafah memandangi tempat itu dari kejauhan. Tapi justru pada saat itulah “hijab”nya terbuka. Ia dapat melihat Rumah Allah yang ghaib itu dari kejauhan.

Nabi-nabi kemudian silih berganti, sambung menyambung dalam kurun yang bertaut, hingga masuk pada masa Nabi Ibrahim AS, 3500 tahun sebelum Masehi. Dari istrinya, Sarah, Ibrahin diberikan seorang putra, yaki Ishak AS. Sebelumnya dari istri yang lain, Siti Hajar yang berasala dari Mesir, Ibrahim AS diberi putra bernama Ismail AS.

Menurut para ulama, kelahiran Ismail AS inilah yang istimewa dan punya banyak catatan dalam sejarah keagamaan. Saat itu Siti Hajar hanya sendiri di lembah tandus itu melahirkan Ismail. Dalam keadaan masih berdarah usai persalinan. Hajar berjalan di antara dua bukit, yakni Shafa dan Marwa, berulang-ulang, hingga kahirnya kaki Ismail terantuk batu, yang kemudian diangkatnya sehingga menyemburlah air. Air itu digunakanan untuk minum dan membasuh Ismail. Kelak, untuk menutup semburan air itu, Hajar mengangkat sebuah batu besar -dengan izin dan pertolongan Allah SWT” Saat itu ia berkata, “Zam ya Allah, Zam ya Allah” Kini orang menyebutnya sebagai air Zam-zam. Tapi nama sumber air tersebut sebenarnya tidak diketahui.

Ibrahim AS kemudian mendapatkan tugas dari Allah untuk membuat simbol peribadatan universal. Simbol itu perlu dibuat agar umat beragama pengikutnya mempunyai kiblat dalam peribadatan mereka. Pasalnya, Rumah Allah itu kadang ghaib kadang tampak bagi orang yang dikehendaki-Nya. Jika tidak dibuatkan simbol, umat beragama kelak bisa bingung, ke mana arah kiblat peribadatan, di mana Rumah Allah itu? Maka Ibrahim AS pun membangun “simbol” itu dibantu Ismail. Pemeluk Islam di kemudian hari menyebutnya “Baitullah”, dengan Ka’bah sebagai simbolnya.





Cahaya dari Madinah

Kota ini dahulunya bernama Yastrib. Dalam peristiwa Hijrah Nabi Muhammad SAW pindah ke kota ini, melanjutkan perjuangan syiar Islam fase berikutnya, sekaligus menyusun kekuatan. Di madinah inilah pula terbentuk tata negara baru di bawah Beliau. Di sini pula terdapat Masjid Nabawi yang dibangun oleh Rasulullah SAW pada tahun pertama Hijrah, yakni tahun 622 Masehi. Orang Islam berkeyakinan, tempat di antara mimbar Nabi di dalam masjid dengan sumur Fatimah adalah tanah dari surga. Banyak orang berusaha berdo’a di tempat ini.

Tempat itu diberi nama Raudhah. Di dalam masjid dengan kubah hijauh yang bisa buka-tutup ini pula dimakamkan jasad Nabi Muhammad SAW itu sendiri dibatasi oleh pagar yang penuh lukisan kaligrafi dan pintunya berlapis emas. Makam ini dijaga ketat oleh tentara, sehingga jamaah pengunjung hanya bisa mendekat dari jarak lima meter.

Seperti halnya Masjidil Haram di Makkah, Masjid Nabawi di Madinah juga diperluas dari masa ke masa. Hanya, bila di Masjidi Haram kaum wanita bisa sholat bersama kaum pria, di Masjid Nabawi tempat sholat pria dan wanita dipisah. Demikian pula ziarah melihat makam Nabi, ada pengaturan antara pria dan wanita.
Sebagai kota suci kedua bagi umat Islam, Madinah memancarkan cahaya tersendiri, karena di kota inilah dimakamkan jasad Yang Mulia Nabi Muhammad SAW.


Hubungan Makkah dan Madinah

Menurut hadist, satu kali sholat di Masjidil Haram sama dengan 100.000 kali shalat di masjid-masjid lain di dunia, kecuali Masjid Nabawi di Madinah. Sementara satu kali sholat di Masjid Nabawi sama dengan 1.000 kali sholat di masjid-masjid lain di dunia, kecuali Masjidil Haram.

Perlu diketahui, dalam masa perjuangannya, Nabi Muhammad SAW bersama umat Islam pada saat itu melakukan Hujrah dari Makkah ke Madinah untuk melanjutkan perjuangan. Setelah melalui berbagai peperangan dan perjuangan, pada tahun ke-10 Hijriah, Nabi Muhammad SAW memimpin umat Islam menaklukkan Makkah. Makkah takluk tanpa pertumpahan darah, Rasulullah kemudian membersihkan ka’bah dari segala macam berhala.

Kini pemerintah kerajaan Arab Saudi bertinda sebagai pelayan dua kota suci ini. Yang jelas perlu dicatat, ayat-ayat dari Allah dalam Al-Qur’an turn di kedua kota ini, yang mungkin saja membuatnya bercahaya, termasuk dilihat dari angkasa luar.


Makkah dan Ka’bah Kini

Sejak dahulu Makkah telah menjadi kota persinggahan para khalifah yang mengadakan perjalanan dari Yaman di Selatan, menuju Palestina dan Syam (sekarang Suriah) di utara. Itu sebabnya ketika berkembang, Makkah menjadi kota yang penting.

Nah, kaliah sejarah menunjukkan bahwa bangunan fisik Masjidil Haram mulai diperluas konstruksinya pada masa Khalifah Umar bin Khattab r.a. persisnya tahun 648 M. Namun inti dari kompleks Masjidil Haram adalah Ka’bah, yang dibangun pada masa Ibrahim, 3.500 tahun sebelum Masehi. Jadi seyogyanya ini menghentikan perdebatan tentang masjid mana yang tertua di dunia, di mana sebahagian orang menganggap masjidil Aqsa di Palestina. Padahal Masjidil Aqsa di Palestina berawal dari kuil untuk memuja Tuhan yang dibangun oleh Nabi Sulaiman AS. Sedang kita ketahui bahwa baik Musah AS (1.500 tahun sebelum Masehi), Daud AS dan Sulaiman adalah juga keturunan dari Ibrahim AS.

Kini, Masjidil Haram berdiri megah. banyak pintu untuk memasukinya. Tercatat ada 152 kubah kecil di masjid ini, plus 589 tiang yang terbuat dari marmer putih atau batu granit berwarna. Di sekeliling masjid ada 7 menara. Di kawasan itu terdapat dua bukit, yakni Shafa dan Marwa. Namun kini keduanya sudah menjadi bagian dari masjid setelah perluasan Masjidil Haram. Dalam rukun Haji dan Umrah terdapat Sya’i, yakni berlari-lari kecil sebanyak tujuh kali antara Shafa dan Marwa.

Sekarang kita melihat Ka’bah sudah diberi kelambu kain hitam yang dihiasi ayat-ayat surat dalam Al-Qur’an terbuat dari benang emas. Disebut Kiswah.

Karena pengaruh iklim guruh, Kiswah cepat pucat dan pudar, sehingga setiap tahun Kiswah diganti.
Di pabrik pembuatannya, 100 laki-laki bekerja sepanjang tahun untuk menyelesaikan kain ini, dengan menggunakan 430 kilogram benang emas dan perak.

Menurut cerita, tinggi bangunan itu setinggi dagu Ibrahim AS. Bila diukur, dimensi struktur bangunannya lebih kurang tinggi : 13,10 m, lebar sisi : 11,03 m x 12,62 m. Banunan berbentuk kubus itu sendiri belum diberi nama.

Tapi karena Ibrahim AS berasal dari Suku Kaab, bangunan itu diberi nama Ka’bah. Secara semantik mungkin bisa dipahami di kemudian hari dalam bahasa inggris kita mengenal kata “cube”, “kubus”, “kubik” dan seterusnya yang berasal dari format kotak segi empat seperti Ka’bah.

Sudut-sudut Ka’bah disebut sebagai “rukun”, sesuai arahnya. Seperti Rukun Iraqi, yakni sudut yang mengarah ke Irak (Utara), Sudut selatan mengarah ke Yaman, disebut Rukun Yamani. Sudut barah yang mengarah ke Syam/Suriah, disebut rukun Syami. Sedangkan sudut sebelah timur disebut Rukun Aswad.
Nah, karena jasa membangun Ka’bah itulah maka Nabi Ibrahim AS menjadi satu-satunya nabi -selain Nabi Muhammad SAW–yang disebut di dalam bacaan sholat umat Islam. Lalu, berkaitan dengan keberadaan Rumah Tuhan itulah maka muncullah sebutan “Makkah al-Mukarramah”. Entahlah, mungkin karena di situ bersemayam “al-Mukarram” alias “Yang Mulia”


Museum Di Makkah

Di Makkah ada dua museum yang biasa dikunjungi jamaah, yakni Museum Kiswah dan Masjid Al Haram. Keduanya berdampingan. Pada pintu masuknya terpampang tulisan “Exhibision of Two Holy Mosques Architecture”. Namun sebenarnya pameran permanen, orang-prang menyebutnya meseum.

Yang paling memberi warna bagi pameran ini adalah kondisi Masjidil Haram dari masa ke masa. Namun orang lebih tergetar melihat tangga kayu kuno berukir yang digunakan untuk naik ke Ka’bah, umpamanya.
Pengetahuan saya juga bertambah dengan foto-foto dinding yang menampilkan perkembangan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Ada pula foto penampang sumur Zam-zam. Bahkan tak jauh dari situ ada pagar sumur zam-zam tempo dulu saat sumur Zam-zam masih terbuka.

Selain itu ada pernak0pernik yang berhubungan dengan Masjidil Haram dan Ka’bah seperti Pancuran Mas, alias talang air di atas Ka’bah, pintu, kuncul hingga kelambu (Kiswah) hingga alat peminta manual Kiswah. Terdapat pula copy dari Mushaf Usmani, yakni himpunan ayat surat dalam QUu’an untuk pertama kalinya sebelum menjadi salinan dalam bentuk yang kita kenal sekarang.


Tantangan Sains Dari Pusat Bumi

Yang menarik adalah kajian bahwa Makkah adalah poros Bumi, “Zero Magnetism Area”, jarum kompas tidak akan bergerak, karena daya tarik yang sama besar antara kedua kutub. Kajian yang dikemukakan pada Konferensi ilmuwan muslim di Doha, Qatar, 19 April 2008, bertajuk “Makkah Pusat Dunia Teori dan Praktik”, melansir bahwa Makkah adalah titik pusat Bumi-kondisi yang tidak dimiliki Greenwich. Hal itu disampaikan Dr.Zaglul Najjar, dosen ilmu Bumi di Wales University, Inggris, berdasarkan penelitian saintifik Dr. Husain Kamaluddin yang dipublikasikan The Egyptian Scholars of The Sun and Space Research Center, Kairo.

Sebenarnya hal itu relevan dengan kajian agama di mana kitab-kitab suci sebelum Islam menyebutnya “Jantung Alama” hingga “Sumbu Bumi”. Uniknya, dari pengalaman pribadi beberapa hari di Makkah, tidak ada burung, awan ataupun pesawat melintas dari persis di atas Ka’bah. Yang juga menjadi tantangan saintifik adalah Hajar Aswad. “Batu Hitam” berwarna kemerahan. Dalam keyakinan Islam, Hajar Aswad adalah intan surga. Beberapa ilmuwan dunia mencoba memosisikan Hajar Aswad sebagai “batu meteorit”. Tapi gagal, karena klaim ilmuwan kemudian menyatakan Hajar Aswad bukan dari Tata Surya kita, dan tentu jadi kenyataan yang mencengangkan melihat “batu meteorit” yang seyogyanya berbahaya itu diciumi jamaah dari abad ke abad.
Rasulullah bersabda “Ketika Hajar Aswad turun, keadaannya masih putih, lebih putih dari susu, lalu ia menjadi hitam akibat dosa-dosa anak Adam (HR Tirmidzi).


sumber dari: butterflydroid.wordpress.com

Tuesday 1 January 2013

old map of Madinah





sumber dari: dakwah.info

Islamic University of al-Madinah al-Munawarah






The Islamic University of al-Madinah al-Munawarah (Arabic: الجامعة الإسلامية بالمدينة المنورة) was founded by the government of Saudi Arabia by a royal decree in 1961 AD (1381 AH) in the Islamic holy city of Medina.

The university was founded in 1961 as a school for higher education specializing in Islamic subjects. Approximately 80% of the 6,000 enrolled students are international students from all over the world. The university is culturally diverse and boasts almost all nationalities from across the globe.



sumber dari: online-college-guide.org/islamic-university-of-madinah

جبل قريضة



جبل قريضة


sumber dari: panoramio.com

Madinah In Future





sumber dari: alameenlibrary.com

Madinah, suatu ketika dahulu