Dahulu kala, sesudah Madinah dikuasai kaum muslim, rasulullah biasa melakukan perjalanan menuju Makkah. Biasanya, rasul juga biasa berteduh di sebuah pohon kayu di antara dua kota tersebut.
Assajaroh, begitu biasanya tempat itu disebut. Assajaroh yang berarti pohon kayu dalam bahasa Indonesia itu memang biasa menjadi tempat singgah Nabi saat melakukan perjalanan baik itu umroh atau peperangan dengan kaum Quraisy di Makkah.
Tapi itu ketika masih jaman nabi hidup. Ketika nabi sudah wafat maka wilayah yang biasa ditempati nabi untuk bersinggah itu dikuasai kaum yahudi. Sumur-sumur yang berada di tempat itu juga dimiliki seorang yahudi. Hingga akhirnya khalifah pada saat itu, Ali bin Abi Thalib membeli sumur tersebut untuk digunakan bagi kaum muslim yang ketika itu sedang mengalami kekeringan.
Karena sumur-sumur itulah kemudian nama itu berubah menjadi Birr Ali atau sumur Ali. Sekarang, tempat yang dulu dijadikan sebagai sumber pengairan pada masa Khulafaur Rasyidin, berubah sebagai tempat yang penuh dengan sejarah. Tempat itupun akhirnya disepakati oleh para ulama sebagai tempat awal menyatakan niat untuk melaksanakan umroh atau haji.
Sejumlah jamaah haji asal Indonesia juga banyak yang melakukan miqot (atau melaksanakan niat umroh atau haji dari arah Madinah) dari tempat ini. Birr Ali dijadikan tempat pijakan para jamaah untuk diharuskan mengganti pakaian menjadi pakaian ihrom.
Sambil mengucapkan kata-kata talbiyah, para jamaah kemudian biasanya digiring untuk memasuki bus-bus yang sudah siap menuju Makkah. "Dari tempat ini biasanya niat haji atau umroh dimulai,"
Kini, situasi Birr Ali tak ubahnya seperti terminal bus. Di mana para bus-bus yang membawa jamaah haji menuju Makkah berkumpul di tempat ini untuk dilakukan pemeriksaan paspor dan barang bawaan. Bismillah labbaik allahumma labbaik.....
sumber dari: suara-artama.blogspot.com
No comments:
Post a Comment