Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya, Katakanlah (Muhammad),
‘Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku,
meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)
(Al-Kahfi:109).
Showing posts with label Al-Majusi. Show all posts
Showing posts with label Al-Majusi. Show all posts

Monday, 31 March 2014

pentingnya terhadap studi psikologi







Sumbangan yang tak kalah pentingnya terhadap studi psikologi juga diberikan oleh Al-Razi. Rhazes—begitu orang Barat menyebut Al-Razi—telah menorehkan kemajuan yang begitu signifikan dalam psikiatri. Melalui kitab yang ditulisnya, Al-Mansuri dan Al-Hawi, Al-Razi mengungkapkan definisi symptoms (gejala) dan perawatannya untuk menangani sakit mental dan masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan mental.

Al-Razi juga tercatat sebagai psikolog pertama yang membuka ruang psikiatri di sebuah rumah sakit di Kota Baghdad. Pada saat yang sama, Barat belum mengenal dan menerapkan hal serupa, sebab waktu itu Eropa berada dalam era kegelapan. Apa yang telah dilakukan Al-Razi di masa kekhalifahan Abbasiyah itu kini diterapkan di setiap rumah sakit.

Pemikir Muslim lainnya di masa keemasan Islam yang turut menyumbangkan pemikirannya untuk mengembangkan psikologi adalah Al-Farabi. Ilmuwan termasyhur ini secara khusus menulis risalah terkait psikologi sosial dan berhubungan dengan studi kesadaran. Dari Andalusia, dokter bedah terkemuka, Al-Zahrawi, alias Abulcasis memelopori bedah syaraf.

Selain itu, Ibnu Zuhr alias Avenzoar, tercatat sebagai psikolog Muslim pertama yang mencetuskan deskripsi tentang penyakit syaraf secara akurat. Ibnu Zuhr juga telah memberi sumbangan yang berarti bagi neuropharmakology modern. Yang tak kalah penting lagi, Ibnu Rusyd atau Averroes—ilmuwan Muslim termasyhur—telah mencetuskan adanya penyakit Parkinson.

Ali ibnu Abbas Al-Majusi, psikolog Muslim lainnya di masa kejayaan, turut menyumbangkan pemikirannya bagi studi psikologi. Ia merupakan psikolog yang menghubungkan antara peristiwa-peristiwa psikologis tertentu dengan perubahan psikologis dalam tubuh. Ilmuwan besar Muslim lainnya, Ibnu Sina alias Avicenna, dalam kitabnya yang fenomenal Canon of Medicine juga mengupas masalah neuropsikiatri. Ibnu Sina menjelaskan pendapatnya tentang kesadaran diri atau self-awareness.

Sementara itu, Ibnu Al-Haitham alias Alhazen lewat kitabnya yang terkenal Book of Optics dianggap telah menerapkan psikologi eksperimental, yakni psikologi persepsi visual. Dialah ilmuwan pertama yang mengajukan argumen bahwa penglihatan terjadi di otak, dibandingkan di mata. Al-Haitham menegaskan bahwa pengalaman seseorang memiliki efek pada apa yang dilihat dan bagaimana seseorang melihat.

Menurut Al-Haitham, penglihatan dan persepsi adalah subjektif. Al-Haitham juga adalah ilmuwan pertama yang menggabungkan fisika dengan psikologi sehingga terbentuklah psychophysics. Melalui percobaan yang dilakukannya dalam studi psikologi, Al-Haitham banyak mengupas tentang persepsi visual termasuk sensasi, variasi, dalam sensitivitas, sensasi rabaan, persepsi warna, serta persepsi kegelapan.

Sejarawan psikologi, Francis Bacon, menyebut Al-Haitham sebagai ilmuwan yang meletakkan dasar-dasar psychophysics dan psikologi eksperimental. Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukannya, Bacon merasa yakin bahwa Al-Haitham adalah sarjana pertama yang berhasil menggabungkan fisika dengan psikologi, dibandingkan Fechner yang baru menulis Elements of Psychophysics pada 1860 M.

Bacon juga mengakui Al-Haitham sebagai pendiri psikologi eksperimental. Dia mencetuskan teori besar itu pada awal abad ke-11 M. Selain itu, dunia juga mengakui Al-Biruni sebagai salah seorang perintis psikologi eksperimental lewat konsep reaksi waktu yang dicetuskannya. Sayangnya, sumbangan yang besar dari para ilmuwan Muslim terhadap studi psikologi itu seakan tak pernah tenggelam ditelan zaman.



sumber dari: http://indo2.islamic-world.net/

Thursday, 2 January 2014

wrote medical encyclopedia






Haly Abbas or Masoudi, one of the three greatest physicians of the 10th Century, who wrote number of treatises and books including ‘Complete Book of the Medical Art’, was born in 910 in Ahvaz, Persia.
Haly Abbas, his Latinized name while the Arabic one is Ali ibn al-’Abbas al-Majusi,  served as a court physician to Adud ad- Dawlah, an emir of the Buyid dynasty in Iran and Iraq.

The scholar from the Islamic Golden Age Masoudi described so elaborately the physiological and psychological aspects of a patient in his well accepted book Kitab Kamil as- Sina at Tibbiyya or Complete Book of the Medical Art that he is often called the pioneer of psychophysiology and psychosomatic medicine. In fact, the same book has got several names such as The Complete Art of Medicine, Royal Book, al Maliki and so on.

His book the Maliki which contains 20 discourses is divided into two major parts. The first part deals with theory while the second with the practice of medicine. The Complete Book of the Medical Art was used as the main source of surgical books in the world.

It was Ali ibn Abbas al-Majusi who discussed first time in the world various mental disorders, including  memory loss, hot and cold meningitis, vertigo epilepsy, love sickness,  sleeping sickness, hypochondriasis, coma, and hemiplegia.


The writer of such excellent and compact medical encyclopedia also known The Royal Book described scientifically the neuroanatomy, neurobiology and neurophysiology of the brain.  The 10th century Muslim scholar Masoudi died in 994 AD.



sumber dari: latestdigitals.com

Kitab al-Maliki (Buku Istana)




180px-De_Ludiciis_Natiuitatum_Albohali_Nuremberg_1546


Kitab Al-Malikiterbagi dalam 20 diskursus. 10 bab pertama mengulas teori dan 10 bab sisanya mengupas praktik kedokteran. Kitab karya Al-Majusi itu diterjemahkan oleh Constantinus Afri canus ke dalam bahasa Latin berjudul Liber Pantegni. Buku itulah yang menjadi rujukan teks didirikannya Sekolah Kedokteran Saler nitana di Salerno. Secara utuh, kitab itu diterjemahkan oleh Stephen Antioch pada tahun 1127 M. Buku kedokteran itu lalu dicetak di Venicia pada 1492 dan 1523 M.

Dalam karyanya itu, Al-Majusi menekankan pentingnya hubungan yang sehat antara dokter dan pasien. Hubungan itu, kata dia, sangat penting dalam etika kedokteran. Kitab itu juga mengupas secara detail metodologi ilmiah yang berkaitan dengan riset biomedikal modern. Secara khusus, sang ilmuwan juga mengupas seluk-beluk masalah psikologi dalam bu ku nya The Complete Art of Medicine. hri

Ali Ibnu Abbas Al-Majusi aly Abbas. Itulah nama panggilan Ali Ibnu Abbas Al-Majusi di Barat. Dokter dan psikolog Mus lim ini turut berjasa dalam mengembang kan teknologi pengolahan aspal men jadi minyak.
Ilmuwan dari Persia itu cukup dikenal di Barat lewat buah pikirnya yang berjudul Kitab Al-Malikiserta Kitab Kamil as-Sina’a at-Tibbiyya( Complete Book of the Medical Art). Bu ku teks kedokteran dan psikologi yang ditulisnya itu sangat berpengaruh di Barat.

Al-Majusi terlahir di Ahvaz, Persia Teng gara. Ia menimba ilmu dari Syeikh Abu Maher Musa ibnu Sayyar. Ia adalah satu dari tiga dokter terhebat di kekhalifahan Islam bagian timur pada zamannya. Ber kat kehebatannya itu, dia pun diangkat men jadi dokter di istana Amir Adhad al-Dowleh Fana Khusrawsalah seorang penguasa dari Dinasti Buwa ih yang ber kuasa dari tahun 949 M hingga 983 M.

Ia mendirikan sebuah rumah sakit di Shiraz, Persia, serta Rumah Sakit Al-Adu di di Baghdad pada 981 M. Sebelum masuk Islam, Al-Majusi adalah pe nganut Zoo raster yang menyembah api. Al-Majusi berhasil mengolah aspal men jadi minyak yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit dan luka kulit. Ia memeras en dapan aspal yang dipa naskan untuk diambil airnya.

Selama mengabdikan dirinya untuk Amir Dinasti Buwaih, Al-Majusi menulis Kitab al-Maliki( Buku Istana). Buku itu telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin bertajuk Liber Regalis atau Rega lis Dispositio. Buku ini dianggap lebih sistematis dan lebih ringkas dibanding kan ensiklopedia karya Al-Razi yang ber judul Al-Hawi. Bahkan, dibandingkan dengan The Canon of Medicinekarya Ibnu Sina yang legendaris itu, Kitab Al-Malikiini dipandang lebih praktis.

Kitab Al-Malikiterbagi dalam 20 dis kursus. 10 bab pertama mengulas teori dan 10 bab sisanya mengupas praktik kedokteran. Kitab karya Al-Majusi itu diterjemahkan oleh Constantinus Afri canus ke dalam bahasa Latin berjudul Liber Pantegni. Buku itulah yang menjadi rujukan teks didirikannya Sekolah Kedokteran Saler nitana di Salerno. Secara utuh, kitab itu diterjemahkan oleh Stephen Antioch pada tahun 1127 M. Buku kedokteran itu lalu dicetak di Venicia pada 1492 dan 1523 M.


Dalam karyanya itu, Al-Majusi me nekankan pentingnya hubungan yang sehat antara dokter dan pasien. Hubungan itu, kata dia, sangat penting dalam etika kedokteran. Kitab itu juga mengupas secara detail metodologi ilmiah yang berkaitan dengan riset biomedikal modern. Secara khusus, sang ilmuwan juga mengupas seluk-beluk masalah psikologi dalam bu ku nya The Complete Art of Medicine.



sumber dari: tonyoke.wordpress.com

mengembangkan teknologi pengolahan aspal




180px-Ali-Baba


Haly Abbas. Itulah nama panggilan Ali Ibnu Abbas Al-Majusi di Barat. Dokter dan psikolog Mus lim ini turut berjasa dalam mengembang kan teknologi pengolahan aspal men jadi minyak. Ilmuwan dari Persia itu cukup dikenal di Barat lewat buah pikir nya yang berjudul Kitab Al-Malikiserta Kitab Kamil as-Sina’a at-Tibbiyya( Com plete Book of the Medical Art). Bu ku teks kedokteran dan psikologi yang ditulisnya itu sangat berpengaruh di Barat. Al-Majusi terlahir di Ahvaz, Persia Tenggara. Ia menimba ilmu dari Syeikh Abu Maher Musa ibnu Sayyar. Ia adalah satu dari tiga dokter terhebat di kekhalifahan Islam bagian timur pada zamannya. Berkat kehebatannya itu, dia pun diangkat menjadi dokter di istana Amir Adhad al-Dowleh Fana Khusraw salah seorang penguasa dari Dinasti Buwaih yang berkuasa dari tahun 949 M hingga 983 M.

Ia mendirikan sebuah rumah sakit di Shiraz, Persia, serta Rumah Sakit Al-Adu di di Baghdad pada 981 M. Sebelum masuk Islam, Al-Majusi adalah penganut Zoo raster yang menyembah api. Al-Majusi berhasil mengolah aspal men jadi minyak yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit dan luka kulit. Ia memeras endapan aspal yang dipanaskan untuk diambil airnya.


Selama mengabdikan dirinya untuk Amir Dinasti Buwaih, Al-Majusi menulis Kitab al-Maliki( Buku Istana). Buku itu telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin bertajuk Liber Regalis atau Rega lis Dispositio. Buku ini dianggap lebih sistematis dan lebih ringkas dibanding kan ensiklopedia karya Al-Razi yang ber judul Al-Hawi. Bahkan, dibandingkan dengan The Canon of Medicinekarya Ibnu Sina yang legendaris itu, Kitab Al-Malikiini dipandang lebih praktis.



sumber dari: tonyoke.wordpress.com

Optic Neuritis and Sensory Disorder




Retinal colour photography (case 1)


Although there are no clinical findings that are exclusive to multiple sclerosis (MS), but some are highly specific of the disease. Optic neuritis (ON) and Sensory symptoms are common initial features of MS (1, 2). Optic neuritis is an inflammation of the optic nerve that usually first occurs in young and in many cases are associated with multiple sclerosis (MS), also can occur in isolation. In cases involving multiple sclerosis, ON is often the first exhibition of chronic demyelinating process so that 15 to 75% of female patients primarily presenting with ON eventually develop MS (3-7).

Optic neuritis usually presented as acute or sub-acute unilateral eye pain with a relative afferent pupillary defect (Marcus Gunn pupil) (8). Sensory symptoms are generally termed as numbness, tin-gling, pins-and-needles, tightness, coldness, or swelling of the limbs or trunk (1, 2).

The earliest references to eye diseases and optic nerve dysfunction as a mechanism for vision loss are found in some Persian Medicine texts by Avi-cenna, Gorgani and Rhazes according to himself and Galen, Hippocrates and others (9-11).

They described eye's disorders in perception, mo-tion, and involving both and referred to inflammation of the optic nerve and various affec-tions of the optic nerve, including those resulting from "warmth, cold, humidity, and dryness" (12) and the afferent pupillary defect. They explained that we could detect pain and heaviness, "swel-ling" of the optic nerve.

All of them describe eye diseases in the special chapter of their textbooks or some physicians as Hunain Ibn Is-Haq and Ali Ibn Isa al-Kahhal in the major textbooks of ophthalmology (8).
New approach to sensory symptoms by Haly Abbas and Ibn Rushd

Ali ibn al-Abbas ahwazi or al-Majusi (died 982-994), also known as Haly Abbas, was a Persian physician and psychologist. He is most famous for the Kitab al-Maliki or Complete Book of the Medical Art, his textbook on medicine and psychology, and for been a skilled clinician (13).

Another great philosopher and physician, Aver-roes, an Andalusian Muslim polymath commonly known as Ibn Rushd (1126 - 1198), wrote a medi-cal encyclopedia called Kulliyat (in Latin: Colliget). He also made a compilation of the works of Ga-len, and wrote a commentary on the Canon of Medicine of Avicenna (14, 15).

Both of them in their books have the part of prin-ciples of evaluation and management of health and diseases. In the neurology, part of their books they have wrote sections about some neurologic disorders as other ancient traditional physicians as Greek, Islamic or Persian medicine.

But Haly Abbas and then Ibn Rushd was the first theorist that in the section of Sensory Disorders begins a new chapter entitled diseases pertaining to sensation of touch.

In these chapters not only they have described some sensory symptoms exactly as are defined in modern medicine, but also fascinatingly, in this passage, they describe the inflammation and obstruction of the optic nerve, a condition which today we clearly refer to optic neuritis (16-17).

When Haly Abbas describe etiology of "Khadar" Equal to paresthesia and hypesthesia gives the examples of how the nerves damaged. He says some obstructive or inflammatory reasons that can result peripheral paresthesia, may causes optic neuritis in the central nervous system (16).



sumber dari: questia.com

Haly Abbas




 Tak banyak yang diketahui tentang sejarah kelahiran, masa kecil, dan keluarga dari ilmuwan yang satu ini. Di Eropa, Ali bin Abbas lebih dikenal dengan nama Haly Abbas. Ia adalah seorang dokter yang brilian pada masanya.
Jika Qanun dianggap sebagai "Kitab Suci Kedokteran" sekaligus karya terbaik Ibnu Sina karena berisi pembahasan tentang seni bedah dan penyembuhan luka maka Kamil al-Sina'a adalah sebuah buku legendaris karya Ali Abbas Majusi yang mengulas tentang ilmu bedah hingga ke intinya. Buku ini sangat spektakuler karena terdiri dari 110 bab. Dalam Kamil al-Sina'a volume 10, Ali Abbas melengkapinya dengan menambahkan sebuah teori khusus mengenai terapi pembedahan, padahal ilmu tersebut masih kurang diminati di dunia ilmu pengetahuan Islam masa itu. Ilmu jenis ini muncul pertama kali dalam bentuk terjemahan literatur berbahasa Arab pada abad IX, sebelum kemudian memasuki Eropa pada abad pertengahan.
Secara umum, ilmu dan teknologi bedah Arab kurang begitu maju pada masa itu, ilmu bedah lebih terkenal di Eropa bahkan dianggap sebagai ilmu yang mewakili dunia Barat. Di Arab, sains justru lebih maju dan berkembang pesat dari pada ilmu bedah. Di saat itulah, salah satu buku karya Ali Abbas yang dipersembahkannya untuk Sultan Buwaih, Adud ad-Daulah, menunjukkan peranannya dalam memajukan ilmu kedokteran Arab, khususnya ilmu bedah. Buku tersebut dijadikan buku teks standar para mahasiswa kedokteran selama beberapa tahun.
Ali Abbas al-Majusi adalah dokter yang pertama kali membahas susunan dan fungsi pipa kapiler, serta memberi penjelasan yang benar tentang kelahiran bayi. Menurutnya, proses kelahiran bayi adalah reaksi dari otot-otot rahim sang ibu yang bekerja keras pada saat bersamaan. Pendapat tersebut bertolak belakang dari pendapat yang diyakini masyarakat Arab selama berabad-abad bahwa proses kelahiran adalah usaha dari bayi yang akan lahir.
Selain tenar sebagai dokter profesional, Ali Abbas al-Majusi juga dikenal sebagai penulis sejumlah buku medis. Ia pun disejajarkan dengan ilmuwan muslim lain, seperti Zakariya ar-Razi dan Ibnu Sina. Beberapa penemuan baru Ali Abbas diabadikannya dalam wujud tulisan lepas dan buku karya ilmiah.

Biografi Ali Bin Abbas: Dokter Muslim Ahli Bedah

Kerja keras, kecerdasan, dan prestasi Ali Abbas akhirnya didengar oleh Amir Adud Daulah, seorang khalifah keturunan Buwaihi yang memerintah di Baghdad. Sang khalifah segera meminta Ali Abbas menulis sesuatu yang berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Sebagai jawaban, Ali Abbas pun membuat sebuah karya penting di bidang kedokteran, yang kemudian dipersembahkannya untuk sang khalifah. Karya tersebut berjudul Kamil al-Sina'a atau Kamil al-Maliki.
Di kemudian hari, para penerjemah bahasa Latin abad pertengahan menerjemahkan karya tersebut menjadi Liber Regius atau Liber Regalis. Buku bersejarah ini kembali menjadi sorotan dalam sejarah kedokteran sebab isinya dianggap hampir mirip dengan Liber Pantegni. Buku itu pun menjadi buah bibir di kalangan para ilmuwan. Namu, pada akhirnya Liber Regalis dianggap sebagai buku ajar utama yang paling lengkap di bidang kedokteran.
Pada tahun 1492, karya Ali Abbas tersebut dicetak ulang di Venice, lalu di Lyons pada tahun 1523. Adapun bab khusus mengenai pembedahan sebenarnya telah diterjemahkan oleh Constantin, seorang ilmuwan Afrika, pada abad XI, dan sudah diajarkan di berbagai perguruan tinggi di Salermo. Sementara itu, Kamil al-Sina'a versi Arab dicetak ulang di Kairo pada tahun 1297.

Diperkirakan, Ali al-Abbas wafat antara tahun 982 - 995.



sumber dari: serunaihati.blogspot.com

penulis buku al-Kitab al-Maliki




[AL-MAJUSI, Abdul-Hasan Ali Ibn Abbas (died 994]. HALY ABBAS.  Liber totius medicine necessaria continens quem sapientissimus... Lyons: Jacobi Myt, 1523.


Ali bin Al-Abbas al-Majusi (Haly Abbas, w. 994 M), hidup di masa Dinasti Abbasiyah yang awalnya menganut ajaran Zoroaster, sebagaimana terlihat dari namanya, al-Majusi dikenal sebagai penulis buku al-Kitab al-Maliki (Liber regius), yang ia tulis untuk raja Buwayhi, Adhud al-Dawlah Fanna Khusraw, yang memerintah antara 949-983 M. karya in yang disebut juga Kamil al-Shina’ah al-Thibiyyah, sebuah “kamus penting yang meliputi pengetahuan dan praktik kedokteran”, lebih ringkas daripada al-Hawi (buku karya al-Razi), dan dipelajari dengan lebih bersemangat hingga digantikan oleh karya yang muncul berikutnya, yang ditulis oleh Ibnu Sina, yakni Al-Qanun. Bagian terbaik dari buku al-Maliki membahas mengenai makanan bergizi dan perawatan medis (materia medica). Diantaranya sumbangan utamanya adalah konsep awal tentang sistem pembuluh darah kapiler dan pembuktian bahwa pada saat persalinan, seorang bayi tidak keluar dengan sendirinya, tapi didorong oleh kontrkasi otot dalam rahim.

Al-Majusi menekankan pentingnya diet yang benar, mandi, istirahat dan berolahraga untuk mendapatkan badan dan pikiran yang sehat, dan ditulisnya mengenai kaitan psikologi dan pengobatan. Dia menggarisbawahi pentingnya psikoterapi dalam menangani penyakit-penyakit psikosomatis, salah satunya disebutkan dengan cinta yang tak berbalas. Tulisan-tulisannya mengenai racun, termasuk gejala dan penangkalnya manandai dimulainya ilmu toksikologi di zaman pertengahan. Dia juga menulis penggunaan obat berkandungan opiate, juga permasalahan seputar kecanduan obat sebagai bagian dari pembahasan umumnya mengenai pengobatan dan dia juga mengangkat soal kemoterapi. Al-Majusi menentang kontrasepsi, dan dia menganjurkan para dokter dan mahasiswa kedokteran untuk menjunjung tinggi standar etika kedokteran, sebagaimana yang disebutkan dalam sumpah Hipocrates.



sumber dari: iamproudtobemuslim.wordpress.com

Physician, Psychologist, Medicine in medieval Islam, Medieval Islamic sociology, 'Adud al-Dawla




9786135851922


Please note that the content of this book primarily consists of articles available from Wikipedia or other free sources online. Aḍud al-Dawla , or Azod od-Dowleh Panah (Fana) Khusraw , was an emir of the Buyid dynasty in Iran and Iraq.

He is widely regarded as the greatest emir of the dynasty. The son of Rukn al-Daula, Fana Khusrau was given the title of 'Adud al-Daula by the Abbasid caliph in 948 when he was made emir of Fars after the death of his childless uncle 'Imad al-Daula, after which Rukn al-Daula became the senior emir of the Buwayhids. In 974 'Adud al-Daula was sent by his father to crush a rebellion by his cousin 'Izz al-Daula. After defeating his cousin's forces, he claimed the emirate of Iraq for himself, angering his father, though he would become the senior emir after the death of his father.



sumber dari: morebooks.de

seorang dokter periode Abbasiyah akhir






Ali bin Abbas al-Majusi, seorang dokter periode Abbasiyah akhir. Ini adalah fase kontribusi asli sarjana Arab dan Muslim untuk ilmu pengetahuan, dibandingkan dengan periode terjemahan sebelumnya.

Ia menulis risalah pertama operasi, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan digunakan dalam Universities.Dalam Eropa ditulis "Kamilu Sina'at" atau "al-Kitab al-Maliki" (Royal), sebuah buku tentang obat yang diterjemahkan beberapa kali ke dalam bahasa Latin dan digunakan di universitas-universitas Eropa sampai abad ke-18, ketika digantikan oleh (Avicenna) Ibn Sina "fil Tibb al-Qanoun".

Dia menggambarkan otak sebagai pusat sensasi dan gerakan, dan menggambarkan kelumpuhan kejang dan lembek pada penyakit sumsum tulang belakang. Dia menggambarkan sumsum tulang belakang dan 31 perusahaan pasang saraf, 8 serviks, 12 toraks, 5 lumbal, 3 sacral, 3 coccygeal, dan saraf sigle di bawah tulang ekor. Dia menulis pada kondisi neurologi berikut: sakit kepala, stroke, epilepsi, dementia, koma, skizofrenia, dan patah tulang tengkorak.. Dia menggambarkan tujuh pasang saraf kranial, setiap ditutupi intra-cranially oleh dua lapisan dura, lapisan intima tipis mengandung pembuluh darah, dan lapisan tebal untuk perlindungan.



sumber dari: biologipedia.blogspot.com

Medical ethics and research methodology




Medical Ethics & Humanities


The work emphisized the need for a healthy relationship between doctors and patients, and the importance of medical ethics. It also provided details on a scientific methodology that is similar to modern biomedical research.[2]

Neuroscience and psychology were discussed in The Complete Art of Medicine. He described the neuroanatomy, neurobiology and neurophysiology of the brain and first discussed various mental disorders, including sleeping sickness, memory loss, hypochondriasis, coma, hot and cold meningitis, vertigo epilepsy, love sickness, and hemiplegia. He placed more emphasis on preserving health through diet and natural healing than he did on medication or drugs, which he considered a last resort.[1]

Ali ibn Abbas al-Majusi was a pioneer in psychophysiology and psychosomatic medicine. He described how the physiological and psychological aspects of a patient can have an effect on one another in his Complete Book of the Medical Art. He found a correlation between patients who were physically and mentally healthy and those who were physically and mentally unhealthy, and concluded that "joy and contentment can bring a better living status to many who would otherwise be sick and miserable due to unnecessary sadness, fear, worry and anxiety."[3]



sumber dari: priv-s.ru

Kitab Kamil as-Sina'a at-Tibbiyya




adab3


He was born in Ahvaz, southwestern Persia, and studied under Shaikh Abu Maher Musa ibn Sayyār. He was considered one of the three greatest physicians of the Eastern Caliphate of his time, and became physician to Emir Adhad al-dowleh Fana Khusraw of the Buwayhid dynasty, who ruled from 949 CE to 983 CE. The Emir was a great patron of medicine, and founded a hospital at Shiraz in Persia, and in 981 the Al-Adudi Hospital in Baghdad, where al-Magusi worked. His ancestors were Zoroastrian, but he himself was a Muslim. His reverence for Allah is evident in the worship and styles of expression throughout his work.[1]

Al-Majusi is best known for his Kitab Kamil as-Sina'a at-Tibbiyya ("Complete Book of the Medical Art"), later called The Complete Art of Medicine,[1] which he completed circa 980. He dedicated the work to the Emir, and it became known as the Kitab al-Maliki ("Royal Book", or in Latin Liber Regalis or Regalis Dispositio). The book is a more systematic and concise encyclopedia than Razi's Hawi, and more practical than Avicenna's The Canon of Medicine, by which it was superseded.[citation needed]

The Maliki is divided into 20 discourses, of which the first ten deal with theory and the second ten with the practice of medicine. Some examples of topics covered are dietetics and materia medica, a rudimentary conception of the capillary system, interesting clinical observations, and proof of the motions of the womb during parturition (for example, the child does not come out, but is pushed out).

In Europe a partial Latin translation was adapted as the Liber pantegni by Constantinus Africanus (c. 1087), which became a founding text of the Schola Medica Salernitana in Salerno. A complete and much better translation was made in 1127 by Stephen of Antioch, and this was printed in Venice in 1492 and 1523. Haly's book of medicine is cited in Chaucer's Canterbury Tales.



sumber dari: priv-s.ru

Friday, 6 December 2013

Av Othniel Hermes (Redaktør)




Ali Ibn Al-'Abbas Al-Majusi - 2011 - (9786136763996)



sumber dari: akademika.no

'Adud al-Daula by the Abbasid caliph
























sumber dari: bookcity.pl

Medieval Persian Physicians




Medieval Persian Physicians: Alhazen, Avicenna, Muhammad Ibn Zakariya Al-Razi, Bukhtishu, Ali Ibn Abbas Al-Majusi, Zayn Al-Din Al-Jurjani



sumber dari: where.ly

Medieval Persian People





Medieval Persian People, including: Avicenna, Alhazen, Muhammad Ibn Zakariya Al-razi, Bukhtishu, Ali Ibn Abbas Al-majusi, Al-natili, Abul Hasan Al-tab by Hephaestus Books



sumber dari: thenile.com.au

The Complete Art of Medicine







Al-Majusi is best known for his Kitāb Kāmil aṣ-Ṣināʿa aṭ-Ṭibbiyya (كتاب كامل الصناعة الطبية "Complete Book of the Medical Art"), later called The Complete Art of Medicine,[1] which he completed circa 980. He dedicated the work to the Emir, and it became known as the Kitāb al-Malakiyy (كتاب الملكي, "Royal Book", or in Latin Liber Regalis or Regalis Dispositio). The book is a more systematic and concise encyclopedia than Razi's Hawi, and more practical than Avicenna's The Canon of Medicine, by which it was superseded.[citation needed]

The Maliki is divided into 20 discourses, of which the first ten deal with theory and the second ten with the practice of medicine. Some examples of topics covered are dietetics and materia medica, a rudimentary conception of the capillary system, interesting clinical observations, and proof of the motions of the womb during parturition (for example, the child does not come out, but is pushed out).


In Europe a partial Latin translation was adapted as the Liber pantegni by Constantinus Africanus (c. 1087), which became a founding text of the Schola Medica Salernitana in Salerno. A complete and much better translation was made in 1127 by Stephen of Antioch, and this was printed in Venice in 1492 and 1523. Haly's book of medicine is cited in Chaucer's Canterbury Tales.

The work emphisized the need for a healthy relationship between doctors and patients, and the importance of medical ethics. It also provided details on a scientific methodology that is similar to modern biomedical research.

Neuroscience and psychology were discussed in The Complete Art of Medicine. He described the neuroanatomy, neurobiology and neurophysiology of the brain and first discussed various mental disorders, including sleeping sickness, memory loss, hypochondriasis, coma, hot and cold meningitis, vertigo epilepsy, love sickness, and hemiplegia. He placed more emphasis on preserving health through diet and natural healing than he did on medication or drugs, which he considered a last resort.

Ali ibn Abbas al-Majusi was a pioneer in psychophysiology and psychosomatic medicine. He described how the physiological and psychological aspects of a patient can have an effect on one another in his Complete Book of the Medical Art. He found a correlation between patients who were physically and mentally healthy and those who were physically and mentally unhealthy, and concluded that "joy and contentment can bring a better living status to many who would otherwise be sick and miserable due to unnecessary sadness, fear, worry and anxiety.



sumber dari: en.wikipedia.org

Saturday, 23 November 2013

Sunday, 17 November 2013

describes the creation of worlds




Gravure de Haly Abbas


Ali ibn Abbas al-Majusi (?-982 ou 994) dit Haly Abbas et les Frères de la pureté (Ikhwan al-Safa) au Xe siècle décrivent dans une section de l'Épître des frères de la pureté ( infos) la création du monde.
La Nature et l'influence des astres ont combiné les quatre éléments et fait apparaître, par une véritable évolution, minéraux, puis végétaux, puis animaux, et enfin l'homme. Tous ces êtres sont doués d'âmes qui sont des facultés de l'âme universelle ou de la Nature, elle-même d'ailleurs faculté de l'âme ( infos).

Another section describes the creation of worlds and the evolution of life in details that would have impressed Darwin. It explains how manifestation unfolds through successive layers, or stratified planes down to the mineral kingdom. Where, in this lowest kingdom, the most developed mineral entities live within its highest strata and blend imperceptibly into the next higher or vegetable kingdom. Likewise the vegetable kingdom contacts, at its highest level, the animal kingdom, whose culmination is man. The most evolved men contact higher spheres and, standing between the angelic and animal orders, serve on earth as vicegerents of God ( infos).


Vous pouvez lire deux articles passionnants sur l'histoire de la médecine arabe ( infos) & ( infos).



sumber dari: vetopsy.fr

Kamil al-sina'ah al-tibbiyah



L'œuvre prolifique d'Hunayn Ibn Ishak et de ses disciples permettra de fournir un matériel de travail important qui permettra l'éclosion d'encyclopédies médicales comme le Kamil al-sina'ah al-tibbiyah (Livre complet de l'art médical, aussi appelé Livre Royal [Kitab al-Malaki] à cause de sa dédicace au prince de Shiraz), ouvrage d'Ali ibn al-'Abbas al-Majusi (Ali ibn al-Abbas al-Magusi, dit Haly Abas, en Occident vers 940-980) :


Manuscrit daté du 15 mai 1208.



sumber dari: encyclopedie-universelle.com

Tuesday, 29 October 2013

a physician of the late Abbasid period




Ali bin Abbas al-Majusi, a physician of the late Abbasid period. This was the phase of original contributions of Arab and Muslim scholars to science, as compared to the period of translations earlier.

He wrote the first treatise on surgery, which was translated into Latin and used in European Universities. He authored “Kamilu Sina’at” or “al-Kitab al-Maliki” (The Royal), a book on medicine which was translated several times into Latin and used in European universities until the 18th century, when it was replaced by Ibn Sina’s (Avicenna) “al-Qanoun fil Tibb”.

He described the brain as the center of sensation and movement, and described spastic and flaccid paralysis in spinal cord disease. He described the spinal cord and its 31 pairs of nerves, 8 cervical,12 thoracic, 5 lumbar, 3 sacral, 3 coccygeal, and a sigle nerve below the coccyx

What Did al-Majusi Write?

He wrote on the following neurologic conditions: headache, stroke, epilepsy, dementia, coma, schizophrenia, and skull fractures.

He described seven pairs of cranial nerves, each covered intra-cranially by two layers of dura, a thin intima layer containing blood vessels, and a thick layer for protection. 


sumber dari: islamicchannels.net