Tak banyak yang diketahui tentang sejarah kelahiran, masa kecil, dan
keluarga dari ilmuwan yang satu ini. Di Eropa, Ali bin Abbas lebih
dikenal dengan nama Haly Abbas. Ia adalah seorang dokter yang brilian
pada masanya.
Jika Qanun dianggap sebagai "Kitab Suci Kedokteran" sekaligus
karya terbaik Ibnu Sina karena berisi pembahasan tentang seni bedah dan
penyembuhan luka maka Kamil al-Sina'a adalah sebuah buku
legendaris karya Ali Abbas Majusi yang mengulas tentang ilmu bedah
hingga ke intinya. Buku ini sangat spektakuler karena terdiri dari 110
bab. Dalam Kamil al-Sina'a volume 10, Ali Abbas melengkapinya
dengan menambahkan sebuah teori khusus mengenai terapi pembedahan,
padahal ilmu tersebut masih kurang diminati di dunia ilmu pengetahuan
Islam masa itu. Ilmu jenis ini muncul pertama kali dalam bentuk
terjemahan literatur berbahasa Arab pada abad IX, sebelum kemudian
memasuki Eropa pada abad pertengahan.
Secara umum, ilmu dan teknologi bedah Arab kurang begitu maju pada masa
itu, ilmu bedah lebih terkenal di Eropa bahkan dianggap sebagai ilmu
yang mewakili dunia Barat. Di Arab, sains justru lebih maju dan
berkembang pesat dari pada ilmu bedah. Di saat itulah, salah satu buku
karya Ali Abbas yang dipersembahkannya untuk Sultan Buwaih, Adud
ad-Daulah, menunjukkan peranannya dalam memajukan ilmu kedokteran Arab,
khususnya ilmu bedah. Buku tersebut dijadikan buku teks standar para
mahasiswa kedokteran selama beberapa tahun.
Ali Abbas al-Majusi adalah dokter yang pertama kali membahas susunan dan
fungsi pipa kapiler, serta memberi penjelasan yang benar tentang
kelahiran bayi. Menurutnya, proses kelahiran bayi adalah reaksi dari
otot-otot rahim sang ibu yang bekerja keras pada saat bersamaan.
Pendapat tersebut bertolak belakang dari pendapat yang diyakini
masyarakat Arab selama berabad-abad bahwa proses kelahiran adalah usaha
dari bayi yang akan lahir.
Selain tenar sebagai dokter profesional, Ali Abbas al-Majusi juga
dikenal sebagai penulis sejumlah buku medis. Ia pun disejajarkan dengan
ilmuwan muslim lain, seperti Zakariya ar-Razi dan Ibnu Sina. Beberapa
penemuan baru Ali Abbas diabadikannya dalam wujud tulisan lepas dan buku
karya ilmiah.
Kerja keras, kecerdasan, dan prestasi Ali Abbas akhirnya didengar oleh
Amir Adud Daulah, seorang khalifah keturunan Buwaihi yang memerintah di
Baghdad. Sang khalifah segera meminta Ali Abbas menulis sesuatu yang
berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Sebagai jawaban, Ali Abbas
pun membuat sebuah karya penting di bidang kedokteran, yang kemudian
dipersembahkannya untuk sang khalifah. Karya tersebut berjudul Kamil al-Sina'a atau Kamil al-Maliki.
Di kemudian hari, para penerjemah bahasa Latin abad pertengahan menerjemahkan karya tersebut menjadi Liber Regius atau Liber Regalis. Buku bersejarah ini kembali menjadi sorotan dalam sejarah kedokteran sebab isinya dianggap hampir mirip dengan Liber Pantegni. Buku itu pun menjadi buah bibir di kalangan para ilmuwan. Namu, pada akhirnya Liber Regalis dianggap sebagai buku ajar utama yang paling lengkap di bidang kedokteran.
Pada tahun 1492, karya Ali Abbas tersebut dicetak ulang di Venice, lalu
di Lyons pada tahun 1523. Adapun bab khusus mengenai pembedahan
sebenarnya telah diterjemahkan oleh Constantin, seorang ilmuwan Afrika,
pada abad XI, dan sudah diajarkan di berbagai perguruan tinggi di
Salermo. Sementara itu, Kamil al-Sina'a versi Arab dicetak ulang di Kairo pada tahun 1297.
Diperkirakan, Ali al-Abbas wafat antara tahun 982 - 995.
sumber dari: serunaihati.blogspot.com
No comments:
Post a Comment