Saat ini, kita hidup di dunia yang serba digital dan teknologi yang
canggih. Segala sesuatu yang berhubungan dengan hidup kita, hampir
semuanya berhubungan dengan teknologi dan sains. Kebanyakan masyarakat
terutama para pelajar, beranggapan bahwasanya semua itu dapat terjadi
karena jasa orang-orang Barat. Hal ini dikarenakan, dalam proses
pembelajarannya di sekolah mereka selalu dikenalkan dengan nama
orang-orang Barat sebagai penemu dari segala bidang ilmu pengetahuan dan
sains tersebut. Padahal, semua itu merupakan hal yang salah-kaprah.
Sejarah keilmuan yang telah diajarkan kepada mereka telah didistorsi
sedemikian rupa oleh orang-orang Barat. Mereka (orang-orang Barat) tak
pernah mau mengakui dan bahkan menutup-nutupi kontribusi yang diberikan
oleh ilmuan muslim terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan sains
modern. Selebihnya, mereka cenderung mengeklaim penemuan dan karya-karya
ilmuan muslim sebagai penemuan dan hasil karyannya. Perlu diingat,
sejatinya orang-orang islamlah yang pertama kali menemukan dan
mengembangkan beragam ilmu pengetahuan selama ini. Selanjutnya,
orang-orang Barat hanya belajar dari penemuan dan karya-karya para
ilmuan muslim.
Sepandai-pandainya orang menyembunyikan bangkai, akhirnya ketahuan juga
bahunya. Mungkin, peribahasa inilah yang cocok dilontarkan kepada
orang-orang Barat yang selalu berusaha menyembunyikan kebenaran sejarah
para ilmuan muslim terhadap kaum muslim saat ini, tapi akhirnya
terungkap juga.
Melaui buku Cara-cara Belajar Ilmuan-ilmuan Muslim Pencetus Sains-sains Canggih Modern ini,
M. Yusuf Abdurrahman mampu mengungkap kebenaran sejarah para ilmuan
muslim tentang kontribusinya yang telah disumbangkan kepada dunia Barat.
Dalam hal ini, Abdurrahman mengutip pendapatnya Mehdi Nakosteen (1995)
yang mengatakan beberapa kontribusi ilmuan-ilmuan muslim bagi dunia
Barat, bahkan sanis modern, terdapat dalam bidang-bidang sebagai
berikut: astronomi, matematika, fisika, kimia, ilmu hayat, kedokteran,
filsafat, sastra, goegrafi dan sejarah, sosiologi dan ilmu politik,
arsitektur dan seni rupa, serta musik (hlm. 16-22).
Di dalam buku ini, Abdurrahman juga menguak fakta dan realita tentang
ilmu pengetahuan dan sains modern yang ada di lingkungan masyarakat kita
saat ini. Maksudnya, ilmu pengetahuan dan sains yang faktanya ditemukan
oleh ilmuan-ilmuan muslim lebih dahulu, kemudian penemuan tersebut
menjadi inspirasi atau bahkan dikalim oleh orang-orang Barat pada
beberapa tahun berikutnya.
Sekedar contoh, realita yang terjadi di masyarakat, terutama di
lingkungan para pembelajar saat ini, pada abad-17, Isaac Newton
menemukan bahwa sinar putih terdiri dari campuran pancaran sinar
berwarna-warni. Faktanya, hal ini telah dikemukakan oleh Ibnu Haitham
pada abad ke-11 dan Kamalludin pada abad ke-14 (hlm. 24). Di samping
itu, mereka berdua juga menemukan kamera obscura yang kali pertama diperkenalkan di Barat oleh Joseph Kepler (1571 M-1630 M). Pada tahun 1827 M, kamera obscura
ini mampu menginspirasi Joseph Nicephore Niepce di Prancis dalam
menciptakan kamera permanen. Sekitar 60 tahun kemudian, George Eastman
mengembangkan kamera yang lebih canggih pada zamannya. Sejak saat
itulah, kamera terus berubah mengikuti perkembangan teknologi hingga
sekarang ini (hlm. 53).
Pada tahun 1206 M, Ibnu Ismail al-Jazari telah mampu menciptakan robot
manusia (humanoid) yang bisa diprogram, jauh sebelum Leonardo da Vinci
dari Italia sanggup merancang robotnya pada tahun 1478 M, yang
realitanya selama ini ia diklaim sebagai perintis robot pertama (hlm.
116).
Dalam bidang kedokteran, Az-Zahrawi (Abulcasis) mengarang kitab At-Tasrif.
Kitab ini sangat terkenal, bahkan menjadi referensi orang-orang Barat
selama berabad-abad lamanya. Salah satu pesan yang disampaikan oleh
Az-Zahrawi melalui kitab ini adalah mengingatkan kepada para muridnya
tentang pentingnya membangun hubungan yang baik dengan pasien. Menurut
Az-Zahrawi, seorang dokter yang baik harus melayani pasiennya sebaik
mungkin tanpa membedakan status sosial. Kemudian, ia juga sering
mengingatkan agar para dokter untuk berpegang pada norma dan kode etik
kedokteran, yakni tak menggunakan profesi dokter hanya untuk meraup
keuntungan materi (hlm. 123). Mungkin, pesan ini patut untuk
diperhatikan sekaligus dipraktekkan oleh para dokter di negara kita,
yang dewasa ini sering mendapatkan cibiran dari masyarakat terkait
dengan tarif yang mahal, pelayanan dan berbagai masalah lainnya.
Selain contoh di atas, sebenarnya masih banyak lagi ilmuan-ilmuan muslim yang dibahas di dalam buku Cara-cara Belajar Ilmuan-ilmuan Muslim Pencetus Sains-sains Canggih Modern
ini, terkait tentang beberapa hasil karyanya dan aplikasi pemikiran
serta gagasannya ke dalam kehidupan sekarang ini. Seperti; Abu Bakar
Muhammad bin Zakaria ar-Razi, Ibnu Rusyd (Averroes), Ibnu Sina
(Avicenna), Ibnu Ishak al-Kindi, Abu Nashr al-Farabi, Ibnu Nafis, Umar
Khayyam, Ibnu Bajjah, Nashiruddin ath-Thusi, Ulugh Beigh dan Abu
al-Fida.
Akhirnya, buku ini sangat menarik untuk disimak khususnya bagi para
pembelajar karena di dalamnya terkandung banyak khazanah keilmuan yang
baru, terutama dalam bidang IPTEK dan sains. Selebihnya, kehadiran buku
ini diharapkan mampu membuka mata kita kembali yang selama ini telah
tertutup kabut pembodohan sejarah oleh orang-orang Barat terhadap
ilmuan-ilmuan muslim. Semoga kita semua dapat melanjutkan perjuangan
spektakuler para ilmuan muslim tersebut. Amiin.
sumber dari: rimanews.com
No comments:
Post a Comment