Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya, Katakanlah (Muhammad),
‘Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku,
meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)
(Al-Kahfi:109).

Saturday 3 August 2013

imam yang berbeda






Tahukah kamu?

Imam Malik adalah imam yang berbeda dibandingkan dengan imam lainnya dari segi kemampuan. 

Dibandingkan dengan Imam Hanafi, Imam Syafi’i, ataupun Imam Hambali yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, dimana sejak kecil mereka sudah hafal Al-Qur’an dengan mudah, Imam Malik adalah ahli fiqih yang memiliki kemampuan terbatas. 

Alkisah saat berumur 10 tahun, Imam Malik masih seperti anak-anak pada umumnya, 
beliau masih asyik bermain terus-menerus. Sampai-sampai ayah beliau memanggil, 
“Nak, kamu mau jadi apa jika main terus menerus seperti ini ? 
Lihatlah saudara-saudaramu, mereka semua rajin belajar.” 
Imam Malik kecil pun panas hatinya mendengar nasihat sang ayah. 
Beliau  langsung pergi dari rumah dengan membawa sebagian baju 
dan sedikit persediaan makanan. 
Beliau pergi ke perpustakaan dan menghabiskan sebagian besar waktunya disana. 
Dengan susah payah dan usaha keras pantang menyerah, 
beliau berusaha mencerna ilmu-ilmu tanpa lelah. 
Bahkan beliau tidur beralaskan bantal jerami, 
dan beliau merangkai sanad-sanad hadist pada jerami tersebut untuk mempermudah memahami. Usaha kerasnya membuahkan hasil yang bermanfaat bagi umat islam hingga kini.

Kisah di ataslah yang mengawali pertemuan ketiga kami. Seperti biasa, ustadz selalu memberikan motivasi agar kami selalu bersemangat mempelajari bahasa Al-Qur’an ini, meskipun terkadang perlu usaha yang lebih keras. Seperti Imam Malik yang selalu berupaya keras.

Pertemuan kali ini, kami belajar surat Al-Baqarah ayat 18-32. Dimana ayat 18-20 melanjutkan ciri-ciri orang munafik, ayat 21-22 berisi perintah untuk menyembah Allah, dan ayat 23-28 berisi tantangan dari Allah untuk orang-orang kafir dan munafik.

Suatu waktu, Imam Ahmad berdiri disamping sungai, 
kemudian beliau mendengar ada seseorang yang bersin diseberang sungai tersebut. 
Karena tidak bisa melihat secara langsung orang yang bersin tersebut, 
Imam Ahmad akhirnya menyewa perahu untuk menyeberangi sungai 
agar dapat mendoakan dan mendapat balasan doa orang yang bersin tersebut secara langsung, seperti yang diajarkan Rasulullah tentang kewajiban kepada saudara sesama muslim. 
Harga yang Imam Ahmad bayarkan ke pemilik perahu tidaklah murah, 
sebesar 1 dinar! Saat ini setara dengan 2,3juta. 
Sang pemilik perahu pun heran, 
kenapa Imam Ahmad rela merogoh koceknya sebesar itu hanya untuk mendoakan 
dan mendapat balasan doa dari orang yang bersin. 
Sang Imam menjawab, karena kita tidak akan pernah tahu 
dari doa siapakah yang akan dikabulkan oleh Allah. 

Alkisah, ketika Imam Ahmad sudah wafat, 
ada salah seorang muridnya yang bermimpi melihat Imam Ahmad masuk surga karena 1 Dinar! MasyaAllah, benar yang beliau katakan, kita tidak akan pernah tahu dari doa siapa Allah akan mengabulkan. Siapa yang merasa rugi masuk surga (hanya) dengan 1 dinar !??

Teruslah saling mendoakan satu sama lain.


sumber dari: pelangipuri.wordpress.com

No comments:

Post a Comment