Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya, Katakanlah (Muhammad),
‘Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku,
meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)
(Al-Kahfi:109).

Friday 28 March 2014

al-Umdah fi Shina'ah al-Jarahah







Ibnu  al-Quff adalah ilmuwan muslim di bidang kedokteran yang memiliki nama lengkap Amin al-Dawla Abu al Faraj ibnu Muwaffaq al-Din Ya‘qub ibnu Ishaq Ibnu al-Quff. Beliau dilahirkan di Karak, sekitar 10 mil sebelah timur Laut Mati (sekarang Yordania) tahun 630 H atau 1233 M.  Selain menguasai kedokteran, dia juga  ahli dalam bidang matematika, fisika, dan filsafat. Setelah menyelesaikan studinya, dia ditetapkan sebagai dokter bedah tentara.

Ibnu al-Quff termasuk murid spesial Ibnu Nafis. Salah satu karya penting Ibnu al-Quff adalah al-Umdah fi Shina'ah al-Jarahah. Sebuah karya yang menyinggung pembedahan dapat dikatakan sebagai karya langka di masa itu. Buku itu membahas berbagai metode pembedahan kecuali optik.  Masalah optik tidak dimasukkan dalam buku Ibnu al-Quff karena optik di masa itu dapat dikatakan sebagai kajian tersendiri dari masalah-masalah kedokteran lainnya. Pembahasan dalam buku itu begitu detail dan rinci, karena dibahas dalam 20 bab tersendiri.

Buku itu menunjukkan betapa Ibnu al-Quff tak hanya menguasai  anatomi, penyakit-penyakit, dan pengobatannya, dan beberapa jenis operasi bedah. Ibnu al-Quff juga memiliki taraf pengetahuannya yang luar biasa dan menunjukkan tingkat penguasaannya sebagai dokter terkemuka  pada abad ke 13 M. Hampir 700 tahun lalu, Ibnu al-Quff menulis secara bab lengkap mengenai obat yang digunakan untuk meredakan rasa sakit saat pembedahan dan menjelaskan cara penggunaan opium (Afune), hyoscine dan atropine alkaloids (Al-Banj).

Di bidang ilmu bedah, Ibnu al-Quff melakukan banyak hal. Karena itulah ia dikenal sebagai ahli bedah. Ibnu al-Quff adalah seorang ilmuwan muslim yang produktif. Ia menulis sejumlah buku yang membahas beberapa aspek ilmu kedokteran, filsafat dan ilmu alam.

Tak hanya itu, Ibnu al-Quff merupakan salah satu di antara ilmuwan Muslim hebat dengan penemuan pentingnya tentang  hubungan jantung dengan sistem vascular (pembuluh darah). Dia pertama kali membuktikan hubungan antara pembuluh darah arteri dan vena, untuk menjelaskan pembuluh kapiler dan membahas katup jantung dan fungsinya.

Ibnu al-Quff tercatat sebagai dokter perintis  yang mampu menghubungkan antara pembuluh darah arteri dan pembuluh darah vena di seluruh bagian tubuh. Di abad ke-13 M, ia telah mampu menjelaskan keberadaan  pembuluh-pembuluh yang sangat kecil yang menghubungkan pembuluh arteri dan pembuluh vena dan membentuk jaringan.

Fakta dan kebenaran yang ditemukan Ibnu al-Quff itu baru diketahui dokter di Eropa empat abad kemudian. Marcello Malpighi, anatomis  asal Italia (1628-1694) menemukan kembali pencapaian Ibnu al-Quff dengan bantuan mikroskop.
Ibnu al-Quff merupakan orang pertama yang menjelaskan hubungan pembuluh darah arteri dan vena dengan aliran darah dari awal ke akhir pada pembuluh kapiler tipis  yang  ''tidak bisa dilihat dengan mata telanjang''. Arteri mengalirkan darah dari jantung ke seluruh bagian tubuh pada sebuah jaringan berakhir pada arteri kecil dari awal pembuluh vena.

Dia juga tercatat sebagai dokter yang pertama kali menjelaskan fisiologi katup jantung, jumlahnya dan petunjuk di mana saat katup tersebut terbuka dan tertutup. Katup jantung tertentu terbuka ke dalam untuk membolehkan masuk dan mencegah keluar aliran darah, dan lainnya terbuka keluar untuk membolehkan keluar dan mencegah masuknya aliran darah. Penemuannya yang luar biasa inilah yang membawanya memiliki ketenaran yang abadi. Eropa mempelajari tentang pembuluh kapiler yang tipis dan hubungan antara vena dan arteri hanya setelah penemuan mikroskop powerful di abad ke-17 M. Eropa menemukan mikrosof kapiler 400 tahun setelahnya. Bukunya diterjemahkan kedalam bahasa Latin setelah kematiannya.

Sang dokter Muslim dari abad ke-13 M ini, tak hanya berhasil membuktikan adanya hubungan antara pembuluh darah arteri dan vena, serta proses sirkulasi darah. Ibnu Al-Quff juga menjelaskan masalah embrilogi modern sesuai dengan yang tercantum dalam Alquran. Beliau juga disebut-sebut sebagai "Pelopor Ilmu Embriologi Modern."

Ezzat Abouleish dalam karyanya Contributions of Islam to Medicine, menjelaskan  Ibnu al-Quff mengembangkan embriologi. Menurut Abouleish, penjelasan al-Quff tentang embriologi dan perinatologi dalam karyanya berjudul al-Jami  terbukti lebih akurat.

Mohadzab al-Dien Dakhwar juga disebut-sebut sebagai ilmuwan di bidang kedokteran. Dakhwar adalah dokter yang beraktivitas di abad ketujuh di Mesir dan Suriah. Sebelum tutup usia, Dakhwar membuat akademi kedokteran. Akademi itu diresmikan pada tahun 628 HQ yang bertahan hingga 820 HQ.

Ilmuwan muslim juga menulis banyak karya di bidang kedokteran mata atau optik. Hampir semua pakar kedokteran di masa itu menganggap masalah optik sebagai kajian terpisah dari masalah-masalah kedokteran lainnya. Para dokter mata muslim melakukan banyak inovasi. Selain mempelajari berbagai problema mata dan pengobatannya, para ilmuwan muslim di bidang optik juga mengkaji kendala-kendala mata dan pengobatannya secara independen.

Ibn Masawayh dan muridnya yang bernama Hunayn bin Ishaq, menulis risalah-risalah terkait optik. Bahkan mereka mampu mengidentifikasi sejumlah penyakit yang belum dikenal sebelumnya. Buku Hunayn bin Ishaq terkait optik berjudul "al-Ashr Maqalaat fi al Ain atau Sepuluh Makalah Soal Mata." Sejumlah penyakit seperti radang mata berhasil ditemukan oleh Hunayn bin Ishaq. Pakar optik muslim ini juga melakukan berbagai inovasi di bidang metode ilmu bedah.

Ilmuwan muslim lainnya yang juga berperan besar di bidang optik adalah Ali bin Isa. Dalam bukunya yang terkenal, Tadzkirah al-Kahalin (Pedoman Optalmologi), Ali bin Isa mengunngkap 130 penyakit mata. Ammar Mousuli juga disebut-sebut pakar medis di bidang mata yang melakukan riset di bidang mata.  Beliau juga menulis risalah yang mengkaji 48 penyakit mata. Dalam risalahnya, Ammar Mousoli mengeluarkan katarak dari mata dengan jarum.

Di abad keenam dan ketujuh hijriah, banyak dokter muslim yang mengkaji secara independen. Di Kairo, Fath al-Din al-Qaysi yang wafat 657 Hq juga disebut-sebut sebagai dokter terkenal  yang mempersembahkan karya luar biasa di bidang optik. Risalah terpentingnya al-Qaysi adalah kajian khusus terkait mata. Dalam risalahnya, al-Qaysi membahas fisiologi mata, kendala, indikasi dan penyembuhan gangguan mata. Bahkan sejumlah masalah belum pernah disinggung ilmuwan-ilmuwan sebelumnya.

Di Damaskus, Ibnu Abi Masawayh juga mempunyai banyak karya terkait mata. Bahkan beliau dikenal sebagai pakar mata di masanya. Ibnu Abi Masawayh juga beraktivitas di rumah-rumah sakit Damaskus. Bukunya yang terkenal berjudul Uyun al-Anba' fi al-Tabaqat al-Atiba'. Dalam buku itu,  Ibnu Abi Usaibah menjelaskan 380 ilmuwan dan dokter muslim.

Dengan demikian, banyak dokter mata musim yang mampu mengidentifikasi penyakit mata dan menyembuhkannya. Sadaqah ibn Ibrahim al-Shadhili juga termasuk dokter mata yang mempersembahkan banyak karya yang berharga. Shadhili dalam bukunya jutga menjelaskan penyakit-penyakit mata dan sejumlah contoh operasi mata.

Ilmuwan muslim juga menguasai kedokteran hewan. Fuat Sezgin, pakar kedokteran hewan asal Turki, mengulas ilmuwan-ilmuwan dan dokter muslim yang menggeluti kedokteran hewan. Bahkan sejumlah karya ilmuwan dan dokter muslim terkait  kedokteran hewan, masih ada hingga kini.

Di abab kelima hijriah, pengaruh pendapat dan metode kedokteran ilmuwan muslim mulai merambah di benua Eropa. Buku ilmuwan muslim yang pertama kali diterjemahkan ke bahasa Latin adalah karya Hunayn bin Ishaq yang berjudul al-Masa'il fi al-Tib. Buku itu dalam bahasa Latin berjudul Isagoge. Hingga abad ketujuh hijriah, sejumlah karya muslim lainnya seperti Razi, Ibnu Sina dan lain-lain diterjemahkan ke bahasa Latin.

Karya-karya lainnya yang diterjemahkan ke bahasa Latin adalah karya Ibnu al-Jazzar, buku al-Kuliyat karya Ibnu Rushd dan karya al-Zahrawi yang mengulas metode-metode operasi. Buku al-Zahrawi sangat populer di Eropa.

Di abad kesepuluh, bangsa Eropa menggandrungi  kedokteran di dunia Islam. Di abad ke-12 hijriah atau abad ke-18 masehi, buku al-Razi diterjemahkan ke bahasa Latin.

Bersamaan dengan itu, dunia kedokteran mengalami kelesuan. Hal yang sama juga dialami kedokteran di dunia Islam. Di tengah kelesuan dunia kedokteran hanya sejumlah ilmuwan dan dokter yang bermunculan. Di antaranya adalah Baha al-Daulah Mohammad Hossein Mir Qawwam Nourbakhs. Beliau menyampaikan poin-poin penting kedokteran seperti penyakit-penyakit dalam tubuh. Meskipun banyak buku kedokteran yang tersebar di Mesir, Suriah, Iran dan anak benua India, tapi tidak ada inovasi khusus.



sumber dari: http://indonesian.irib.ir/

No comments:

Post a Comment