Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya, Katakanlah (Muhammad),
‘Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku,
meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)
(Al-Kahfi:109).

Friday 3 January 2014

Kashf al-Zunun II






Ibnu al-Jazzar memulai praktiknya sebagai dokter di tanah kelahirannya Qairawan. Dengan penuh ketekunan dan ketelatenan, ia mengobati penduduk asli di wilayah tersebut. Dia melewati kehidupan yang keras. Selama masa hidupnya, dia mengabdikan dirinya untuk mempelajari dan mempraktikkan ilmu pengobatan atau kedokteran.

Setiap musim panas, ia melakukan perjalanan menjelajahi al-Munastir, di pesisir pantai Mediterania. Selama hidupnya, ia dikenal sebagai seorang dokter yang memiliki sifat yang baik. Meski profesinya sebagai seorang dokter begitu terhormat dan terpandang, namun dia tak silau dengan posisi dan jabatan yang menjanjikan.

Berbeda dengan dokter lainnya yang berlomba mencari posisi sebagai dokter istana, ia justru lebih memilih melayani masyarakat biasa. Ibnu al-Jazzar sangat menyadari posisinya sebagai dokter, dia melakukan pengobatan dengan profesional. Dia melakukan praktik medis dengan menerima dan memeriksa pasiennya selama jam konsultasi, khususnya analisis masalah urin pasien.

Hebatnya, ia melayani pasiennya dengan penuh pengabdian. Setelah melakukan pemeriksaan, Ibn al-Jazzar memberikan obat-obatan yang diperlukan bagi pasiennya secara gratis. Sikap mulia ini yang membuat al-Jazzar selalu dikenang. Sayangnya, jejak kehidupan al-Jazzar tak terekam sejarah dengan baik.

Tak ada catatan yang pasti mengenai tahun kelahiran dan wafatnya sang dokter agung dari benua Afrika Utara itu. “Banyak kebingungan masalah tahun kelahirannya (Ibnu al-Jazzar),” ujar Hajji Khalifah dalam karyanya bertajuk Kashf al-Zunun II.

Hajji menuturkan, ada tiga versi mengenai tahun yang sempat disebut-sebut sebagai tahun wafatnya Ibnu Al-Jazzar ini. Pertama, sebelum tahun 400H/1010M, kedua tahun 400 H/1010 M, dan ketiga setelah tahun ini. Sementara itu, Brockelmann (GI, 238), menyebutkan, al-Jazzar tutup usia pada tahun 395H/1004 M. Ilmuwan lainnya, seperti Idris mengadopsi pendapat Brockelmann soal tahun wafatnya al-Jazzar.

Sedangkan Ibnu Juljul, merujuk pada karyanya bertajuk Tabaqat al-Atibba menyebutkan Ibnu Al-Jazzar meninggal pada 987 M. Sementara, Ibnu ‘Idhari dalam karyanya al-Bayan al-Mughrib I, mengatakan wafatnya Ibnu Al-Jazzar sekitar tahun 369 H/979M-980M. Namun, baru-baru ini ada bukti yang menunjukkan bahwa ia meninggal di kota kelahirannya di Qayrawan, sekitar tahun 979-980 M (369 H).



sumber dari: republika.co.id

No comments:

Post a Comment