Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya, Katakanlah (Muhammad),
‘Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku,
meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)
(Al-Kahfi:109).

Sunday 25 November 2012

keturunan Khulafah Al-Rasyidin





sumber dari: scorea.com

khalifah yang menangisi kerana dilantik menjadi khalifah





Khalifah Umar bin Abd Al-Aziz apabila beliau dilantik menjadi khalifah, beliau seakan tergamam dan begitu hiba. Beliau terus bersendirian bersolat dan menangis. Airmatanya bercucuran hingga ke janggutnya. Apabila isterinya Fatimah bertanya, dia berkata:

“Wahai Fatimah! Aku telah dikalungkan urusan umat Muhammad ini yang berbagai bangsa. Maka aku terfikir tentang orang fakir yang lapar, yang sakit lagi derita, orang yang tidak berpakaian yang susah, orang yang dizalimi lagi dipaksa, tawanan perang yang jauh, orang tua yang uzur, orang yang mempunyai keluarga yang ramai sedangkan hartanya sedikit dan seumpama mereka yang berada di segala tempat dan penjuru negara.

Aku tahu tuhanku akan bertanya aku mengenai mereka pada hari kiamat kelak. Aku bimbang alasanku tidak cukup kukuh untuk menjawabnya, lalu aku pun menangis”



sumber dari: jaringan-ilmu.blogspot.com

Wednesday 21 November 2012

niat puasa di bulan ramadhan






Bentuk pelaksanaan niyat memang ada dua macam yakni pertama yang niyat setiap malam dan kedua yang niyat disekaliguskan untuk satu bulan.

Imam Asy-Syafi’i adalah yang berpendapat bahwa niyat boleh dilakukan setiap malam dan boleh juga satu kali saja untuk sebulan penuh. Sementara Imam lainnya berpendapat harus setiap hari untuk setiap hari shaum. Kedua pendapat tersebut sama-sama berdasarkan kepada ucapan Rasulullah saw berkenaan dengan niyat shaum Ramadlan:

مَنْ لَمْ يُبَيِّتْ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ (رواه النسائي
Siapa saja yang tidak meniyatkan shaum sebelum fajar maka shaumnya tidak sah

Bagian ucapan Nabi Muhammad saw

  مَنْ لَمْ يُبَيِّتْ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ 
(Siapa saja yang tidak meniyatkan shaum sebelum fajar), 

memang sangat memungkinkan dipahami setiap malam setiap akan shaum esok siangnya, atau dapat juga dipahami disekaliguskan untuk satu bulan asal dilakukan sebelum fajar.



sumber dari: mediaislamnet.com

pendirian Imam Hanafi terhadap jawatan yang ditawarkan






Suatu hari Imam Abu Hanifah mendapat panggilan dari baginda Al-Mansur di Baghdad, supaya ia datang mengadap ke istana. Sesampainya ia di istana Baghdad ia ditetapkan oleh baginda menjadi kadi (hakim) kerajaan Baghdad. Dengan tawaran tersebut, salah seorang pegawai negara bertanya: “Adakah guru tetap akan menolak kedudukan baik itu?” Dijawab oleh Imam Abu HanifahAmirul mu'minin lebih kuat membayar kifarat sumpahnya daripada saya membayar sumpah saya.”

Karena ia masih tetap menolak, maka diperintahkan kepada pengawal untuk menangkapnya, kemudian dimasukkan ke dalam penjara di Baghdad. Pada saat itu para ulama yang terkemuka di Kufah ada tiga orang. Salah satu di antaranya ialah Imam Ibnu Abi Laila. Ulama ini sejak pemerintahan Abu Abbas as Saffah telah menjadi mufti kerajaan untuk kota Kufah. Karena sikap Imam Abu Hanifah itu, Imam Abi Laila pun dilarang memberi fatwa.

Pada suatu hari Imam Abu Hanifah dikeluarkan dari penjara karena mendapat panggilan dari Al-Mansur, tetapi ia tetap menolak. Baginda bertanya, “Apakah engkau telah suka dalam keadaan seperti ini?”

Dijawab oleh Imam Abu Hanifah: “Wahai Amirul Mu'minin semoga Allah memperbaiki Amirul Mu'minin.
Wahai Amirul Mu'minin, takutlah kepada Allah, janganlah bersekutu
dalam kepercayaan dengan orang yang tidak takut kepada Allah. Demi Allah saya bukanlah orang yang boleh dipercayai di waktu tenang, maka bagaimana saya akan dipercayai di waktu marah, sungguh saya tidak sepatutnya diberi jawatan itu.”

Baginda berkata lagi: “Kamu berdusta, kamu patut dan sesuai memegang jawatan itu.” Dijawab oleh Imam Abu Hanifah: “Amirul Mu'minin, sungguh baginda telah menetapkan sendiri, jika saya benar, saya telah menyatakan bahwa saya tidak patut memegang jawatan itu. Jika saya berdusta, maka bagaimana baginda akan mengangkat seorang maulana yang dipandang rendah oleh bangsa Arab. Bangsa Arab tidak akan rela diadili seorang golongan hakim seperti saya.”

Pernah juga terjadi, baginda Abu Jaffar Al-Mansur memanggil tiga orang ulama besar ke istananya, yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Sufyan ats Tauri dan Imam Syarik an Nakhaei. Setelah mereka hadir di istana, maka ketiganya ditetapkan untuk menduduki pangkat yang cukup tinggi dalam kenegaraan, masing-masing diberi surat pelantikan tersebut.

Imam Sufyan ats Tauri diangkat menjadi kadi di Kota Basrah, lmam Syarik diangkat menjadi kadi di ibu kota. Adapun Imam Abu Hanifah tidak mau menerima pengangkatan itu di manapun ia diletakkan. Pengangkatan itu disertai dengan ancaman bahwa siapa saja yang tidak mau menerima jawatan itu akan didera sebanyak l00 kali deraan.

Imam Syarik menerima jawatan itu, tetapi Imam Sufyan tidak mau menerimanya, kemudian ia melarikan diri ke Yaman. Imam Abu Hanifah juga tidak mau menerimanya dan tidak pula berusaha melarikan diri.

Oleh sebab itu Imam Abu Hanifah dimasukkan kembali ke dalam penjara dan dijatuhi hukuman sebanyak 100 kali dera. Setiap pagi dipukul dengan cambuk sementara dileher beliau dikalung dengan rantai besi yang berat.

Suatu kali Imam Abu Hanifah dipanggil baginda untuk menghadapnya. Setelah tiba di depan baginda, lalu diberinya segelas air yang berisi racun. Ia dipaksa meminumnya. Setelah diminum air yang beracun itu Imam Abu Hanifah kembali dimasukkan ke dalam penjara. Imam Abu Hanifah wafat dalam keadaan menderita di penjara ketika itu ia berusia 70 tahun.

Imam Abu Hanifah menolak semua tawaran yang diberikan oleh kerajaan daulah Umaiyyah dan Abbasiyah adalah karena beliau tidak sesuai dengan corak pemerintahan yang mereka kendalikan. Oleh sebab itu mereka berusaha mengajak Imam Hanifah untuk bekerjasama mengikut gerak langkah mereka, dan akhirnya mereka siksa hingga meninggal, karena Imam Abu Hanifah menolak semua tawaran yang mereka berikan.

Sepanjang
riwayat hidupnya, beliau tidak dikenal dalam mengarang kitab.
Tetapi madzab beliau Imam Abu Hanifah atau madzab Imam Abu Hanifah disebar luaskan oleh murid-murid beliau. Demikian juga fatwa-fatwa beliau dituliskan dalam kitab-kitab fiqih oleh para murid dan pengikut beliau sehingga madzab Imam Abu Hanifah menjadi terkenal dan sampai saat ini dikenal sebagai salah satu madzab yang empat. Di antara murid beliau yang terkenal adalah Muhammad bin Al-Hassan Al-Shaibani, yang merupakan guru dari Imam Syafi’i.


sumber dari: thoriqo.blogspot.com

hukum khatib memegang tongkat semasa membaca khutbah






Jumhur (mayoritas) ulama fiqh mengatakan bahwa sunnah hukumnya bagi khatib memegang tongkat dengan tangan kirinya pada saat membaca khutbah. Dijelaskan oleh Imam Syafi’i di dalam kitab al-Umm:

قَالَ الشَّافِعِيُّ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى) بَلَغَنَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا خَطَبَ اِعْتَمَدَ عَلَى عَصَى. وَقَدْ قِيْلَ خَطَبَ مُعْتَمِدًا عَلَى عُنْزَةٍ وَعَلَى قَوْسٍ وَكُلُّ ذَالِكَ اِعْتِمَادًا. أَخْبَرَنَا الرَّبِيْعُ قَالَ أَخْبَرَنَا الشَّافِعِيُّ قَالَ أَخْبَرَناَ إِبْرَاهِيْمُ عَنْ لَيْثٍ عَنْ عَطَاءٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا خَطَبَ يَعْتَمِدُ عَلَى عُنْزَتِهِ اِعْتِمَادًا

Imam Syafi’i RA berkata: Telah sampai kepada kami (berita) bahwa ketika Rasulullah saw berkhuthbah, beliau berpegang pada tongkat. Ada yang mengatakan, beliau berkhutbah dengan memegang tongkat pendek dan anak panah. Semua benda-benda itu dijadikan tempat bertumpu (pegangan). Ar-Rabi’ mengabarkan dari Imam Syafi’i dari Ibrahim, dari Laits dari ‘Atha’, bahwa Rasulullah SAW jika berkhutbah memegang tongkat pendeknya untuk dijadikan pegangan”. (al-Umm, juz I, hal 272)

عَنْ شُعَيْبِ بْنِ زُرَيْقٍ الطَائِفِيِّ قَالَ شَهِدْناَ فِيْهَا الجُمْعَةَ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَامَ مُتَوَكِّئًا عَلَى عَصَا أَوْقَوْسٍ

Dari Syu’aib bin Zuraidj at-Tha’ifi ia berkata ”Kami menghadiri shalat jum’at pada suatu tempat bersama Rasulullah SAW. Maka Beliau berdiri berpegangan pada sebuah tongkat atau busur”. 
(Sunan Abi Dawud hal. 824).

As Shan’ani mengomentari hadits terserbut bahwa hadits itu menjelaskan tentang “sunnahnya khatib memegang pedang atau semacamnya pada waktu menyampaikan khutbahnya”. 
(Subululus Salam, juz II, hal 59)

فَإِذَا فَرَغَ المُؤَذِّنُ قَامَ مُقْبِلاً عَلَى النَّاسِ بِوَجْهِهِ لاَ يَلْتَفِتُ يَمِيْنًا وَلاَشِمَالاً وَيُشْغِلُ يَدَيْهِ بِقَائِمِ السَّيْفِ أَوْ العُنْزَةِ وَالمِنْبَرِ كَيْ لاَ يَعْبَثَ بِهِمَا أَوْ يَضَعَ إِحْدَاهُمَا عَلَى الآخَرِ

Apabila muadzin telah selesai (adzan), maka khatib berdiri menghadap jama’ ah dengan wajahnya. Tidak boleh menoleh ke kanan dan ke kiri. Dan kedua tangannya memegang pedang yang ditegakkan atau tongkat pendek serta (tangan yang satunya memegang) mimbar. Supaya dia tidak mempermainkan kedua tangannya. (Kalau tidak begitu) atau dia menyatukan tangan yang satu dengan yang lain”. 
(Ihya’ ‘Ulum al-Din, juz I, hal 180)

Hikmah dianjurkannya memegang tongkat adalah untuk mengikat hati (agar lebih konsentrasi) dan agar tidak mempermainkan tangannya. Demikian dalam kitab Subulus Salam, juz II, hal 59).
Jadi, seorang khatib disunnahkan memegang tongkat saat berkhutbah. Tujuannya, selain mengikuti jejak Rasulullah SAW juga agar khatib lebih konsentrasi (khusyu’) dalam membaca khuthbah. 

Wallahua’lam bishshawab. (Ngabdurrahman al-Jawi).



sumber dari: dawaiqolbu.wordpress.com

jumlah rokaat solat tarawih diamalkan 4 mazhab





Menurut Imam Hanbali bahwa Khalifah Umar ra, setelah kaum muslimin dikumpulkan (berjamaah) bersama Ubay bin Ka’ab, dia sholat bersama mereka 20 roka’at. Dan al-Hasan bercerita bahwa Umar mengumpulkan kaum muslimin melalui Ubay bin Ka’ab, lalu dia sholat bersama mereka 20 roka’at dan tidak memanjangkan shalat bersama mereka kecuali pada separo sisanya. Maka 10 hari terakhir Ubay tertinggal lalu shalat dirumahnya maka mereka mengatakan, “Ubay lari”, diriwayatkan oleh Abu Dawud dan as-Saib bin Yazid.

Kesimpulan….Dari apa yang kami sebutkan itu kita tahu bahwa para ulama’ dalam empat madzhab sepakat bahwa bilangan tarawih 20 roka’at. Kecuali Imam Malik karena ia mengutamakan bilangan roka’atnya 36 roka’at atau 46 roka’at. Tetapi ini khusus untuk penduduk Madinah. Adapun selain penduduk Madinah, maka ia setuju dengan mereka juga bilangan roka’atnya 20 roka’at. Para ulama ini beralasan bahwa shahabat melakukan shalat pada masa khalifah Umar bin al-Khattab ra di bulan romadhan 20 roka’at atas perintah beliau. Juga diriwayatkan oleh al-Baihaqi dengan sanad yang shahih dan lain-lainnya, dan disetujui oleh para shahabat serta terdengar diantara mereka tidak ada yang menolak. Karenanya hal itu menjadi ijma’, dan ijma’ shahabat itu menjadi hujjah (alasan) yang pasti sebagaimana ditetapkan dalam ushul al-fiqh.



sumber dari: nurulyaqien.net

pandangan tentang masturbasi






Masturbasi atau onani dalam fiqih disebut Istimna. Para ulama beda pendapat mengenai hal ini.
Imam Malik dan Syafi’i mengharamkan masturbasi dengan merujuk pada ayat berikut.

“Sungguh beruntung orang-orang beriman.
(QS. Al-Mukminun 23:1)

“(yaitu) orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali untuk pasangannya (suami/isterinya)…”
(QS. Al-Mukminun 23: 5-6)

“Barangsiapa yang mencari di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melewati batas”. 
(QS. Al-Mukminun 23: 7)

“Barangsiapa yang mencari di balik itu.” Maksudnya adalah yang mencari kepuasan seksual bukan dengan isteri/suaminya, tapi dengan cara yang lain seperti homoseks, masturbasi, lesbi, dll. Inilah yang menjadi landasan Imam Syafi’i dan Imam Malik mengharamkan masturbasi.

Namun, sebagian ulama dari Mazhab Hanafi dan Hanbali mempunyai pendapat yang lebih longgar (moderat). Menurut mereka, masturbasi secara prinsip hukumnya terlarang/haram, namun apabila dorongan seksual seseorang sangat tinggi padahal belum mampu menikah dan kalau dorongan seksual tersebut tidak disalurkan akan membawa pada dosa yang lebih besar yaitu zina, maka dalam kondisi seperti ini masturbasi hukumnya menjadi mubah atau diperbolehkan. Inilah yang disebut akhaffu dhararain (melaksanakan yang paling minimal madharatnya, dengan kata lain daripada terjerumus pada zina lebih baik melakukan masturbasi).

Alangkah baiknya bila adik banyak mengisi hari dengan kegiatan positif seperti study club, olah raga, dan pastinya pengajian. Sehingga pikiran tentang seks teralihkan kepada yang lain.

Wallahu A’lam.



sumber dari: mediaislamnet.com

lagi catatan imam hanafi






Hanafi dilahirkan pada tahun 80 Hijrah bertepatan tahun 699 Masehi di sebuah kota bernama Kufah. Nama yang sebenarnya ialah Nu’man bin Tsabit bin Zautha bin Maha. Kemudian masyhur dengan gelaran Imam Hanafi. 

Imam Abu Hanafi adalah seorang imam Mazhab yang besar dalam dunia Islam. Dalam empat mazhab yang terkenal tersebut hanya Imam Hanafi yang bukan orang Arab. Beliau keturunan Persia atau disebut juga dengan bangsa Ajam. Pendirian beliau sama dengan pendirian imam yang lain, yaitu sama-sama menegakkan Al-Quran dan sunnah Nabi SAW.

Kemasyhuran nama tersebut menurut para ahli sejarah ada beberapa sebab:
· Kerana ia mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Hanifah, maka ia diberi julukan dengan Abu Hanifah.
· Karena semenjak kecilnya sangat tekun belajar dan menghayati setiap yang dipelajarinya, maka ia dianggap seorang yang hanif (kecenderungan/condong) pada agama. Itulah sebabnya ia masyhur dengan gelaran Abu Hanifah.
· Menurut bahasa Persia, Hanifah berarti tinta. Imam Abu Hanifah sangat rajin menulis hadith-hadith, ke mana, ia pergi selalu membawa tinta. Kerana itu ia dinamakan Abu Hanifah.


Waktu ia dilahirkan, pemerintahan Islam berada di tangan Abdul Malik bin Marwan, dari keturunan Bani Umaiyyah kelima. Kepandaian Imam Abu Hanifah tidak diragukan lagi, beliau mengerti betul tentang ilmu fiqih, ilmu tauhid, ilmu kalam, dan juga ilmu hadith. Di samping itu beliau juga pandai dalam ilmu kesusasteraan dan hikmah.

Imam Abu Hanifah adalah seorang hamba Allah yang bertaqwa dan sholeh, seluruh waktunya lebih banyak diisi dengan amal ibadah. Jika beliau berdo'a matanya bercucuran air mata demi mengharapkan keredhaan Allah SWT. Walaupun demikian orang-orang yang berjiwa jahat selalu berusaha untuk menganiaya beliau.


Sifat keberanian beliau adalah berani menegakkan dan mempertahankan kebenaran. Untuk kebenaran ia tidak takut sengsara atau apa bahaya yang akan diterimanya. Dengan keberaniannya itu beliau selalu mencegah orang-orang yang melakukan perbuatan mungkar, karena menurut Imam Abu Hanifah kalau kemungkaran itu tidak dicegah, bukan orang yang berbuat kejahatan itu saja yang akan merasakan akibatnya, melainkan semuanya, termasuk orang-orang yang baik yang ada di tempat tersebut.

Sebagian dilukiskan dalam sebuah hadith Rasulullah SAW bahwa bumi ini diumpamakan sebuah bahtera yang didiami oleh dua kumpulan. Kumpulan pertama adalah terdiri orang-orang yang baik-baik sementara kumpulan kedua terdiri dari yang jahat-jahat. Kalau kumpulan jahat ini mau merusak bahtera dan kumpulan baik itu tidak mau mencegahnya, maka seluruh penghuni bahtera itu akan binasa. Tetapi sebaliknya jika kumpulan yang baik itu mau mencegah perbuatan orang-orang yang mahu membuat kerusakan di atas bahtera itu, maka semuanya akan selamat.



sumber dari: thoriqo.blogspot.com

pengalaman haji





Bercermin kepada Imam Abu Hanifah, seorang mujtahid dan pendiri mazhab Hanafi, ulama besar pada zamannya. Sampai sekarang ia diakui kebesarannya. Jutaan pengikutnya. Ia menceritakan beberapa kesalahan yang dilakukannya ketika melaksanakan ibadah haji, sehingga dalam beberapa hal ia harus dituntun oleh seorang tukang cukur.

Ia menceritakan pengalamannya sendiri dengan mengatakan, "Aku telah membuat beberapa kesalahan dalam melaksanakan manasik haji. Ketika akan mencukur kepala, kepada tukang cukur aku bertanya, ''Berapa biaya cukur kepala?'' Dia balik bertanya, ''Anda orang Irak?'' ''Ya,'' jawabku. ''Duduklah,'' katanya. ''Dalam melaksanakan ibadah haji tak boleh tawar-menawar.'' Aku pun duduk.

''Balikkan mukamu ke kiblat,'' katanya mengajarkan, melihat aku duduk tanpa menghadapi kiblat. Setelah perintahnya kulakukan, aku ingin ia mulai mencukur dari bagian kiri. Tetapi dia berkata, ''Putarkan kepalamu ke bagian kanan.'' Kuputarkan kepalaku. Sementara dia sedang mencukur aku duduk diam saja, membisu. Tetapi dia berkata lagi, ''Bertakbirlah.'' Aku pun bertakbir. Sesudah selesai, aku berdiri, akan pergi. Tetapi dia masih bertanya, ''Mau ke mana?''

''Akan pergi,'' jawabku lugu. ''Salat dulu dua rakaat. Setelah itu, pergilah,'' perintahnya. Apa yang kualami ini tak mungkin keluar dari pikiran orang tukang cukur seperti ini. Lalu kutanyakan kepadanya, ''Semua yang Anda perintahkan kepadaku itu, dari mana Anda belajar?'' ''Aku melihat Ata' bin Abi Rabah melakukan semua itu.'' Memang, dalam bercukur harus dimulai dari bagian kanan, kemudian ke kiri dengan menghadapi kiblat, bertakbir, dan sesudah selesai, salat. (Fiqhus Sunnah)


sumber dari: kisah-haji.blogspot.com

Monday 19 November 2012

pandangan mazhab perihal niat puasa






Menurut Imam Malik, Syafi’i dan Hambali, niat itu harus diletakkan pada malam hari, berbeda dengan Imam Hanafi.

Rasulullah saw bersabda :

مَنْ لَمْ يُبَيِّتِ النِّيَّةَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلاَ صِيَامَ لَهُ .
“Barangsiapa yang tidak berniat di malam hari sebelum fajar, maka sama sekali tidaklah puasa itu sah baginya”.
(HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majjah, dari hafshah)

Hadits yang di atas menegaskan bahwa tidak sah puasa seseorang dengan niat pada saat fajar terbit, apalagi sesudahnya.

Lain halnya puasa sunnat, waktu berniat tidak harus malam hari, tapi bisa dilakukan setelah terbit fajar sampai sebelum tergelincirnya matahari (waktu Dzuhur) dengan syarat ia belum makan/minum sedikitpun sejak Subuh. Bahkan ulama mazhab Hambali, untuk puasa sunat, membolehkan berniat setelah waktu Dzuhur.

Para imam madzhab berbeda pendapat mengenai waktu niat.
Untuk lebih detailnya, marilah kita ikuti berbagai pendapat berikut ini:


1. Pendapat mazhab Hanafiyah :
Lebih baik bila niat puasa (apa saja) dilakukan bersamaan dengan terbitnya fajar, karena saat terbit fajar merupakan awal ibadah. Jika dilaksanakan setelah terbitnya fajar, untuk semua jenis puasa wajib yang sifatnya menjadi tanggungan/hutang (seperti puasa qadla, puasa kafarat, puasa karena telah melakukan haji tamattu’ dan qiran –sebagai gantinya denda/dam, dll) maka tidak sah puasanya.
Karena, menurut mazhab ini, puasa-puasa jenis ini niatnya harus dilakukan pada malam hari. Tapi lain dengan puasa wajib yang hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu, seperti puasa Ramadhan, nadzar, dan pusa-puasa sunnah yang tidak dikerjakan dengan sempurna, maka boleh saja niatnya dilakukan setelah fajar sampai sebelum Dhuhur.

2. Mazhab Malikiyah :
Niat dianggap sah, untuk semua jenis puasa, bila dilakukan pada malam hari atau bersamaan dengan terbitnya fajar. Adapun apabila seseorang berniat sebelum terbenamnya matahari pada hari sebelumnya atau berniat sebelum tergelincirnya matahari pada hari ia berpuasa maka puasanya tidak sah walaupun puasa sunnah.

3. Mazhab Syafi’iyah :
Untuk semua jenis puasa wajib (baik yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu seperti puasa Ramadlan; yang sifatnya menjadi tanggungan seperti qadla’, nazar, kafarat, dll.) niat harus dilakukan pada malam hari. Adapun puasa sunnnah, niat bisa dilakukan sejak malam hari sampai sebelum tergelincirnya matahari. Karena Nabi saw. suatu hari berkata pada ‘Aisyah: ‘Apakah kamu mempunyai makanan?’. Jawab ‘Aisyah: ‘Tidak punya’. Terus Nabi bilang: ‘Kalau begitu aku puasa’. Lantas ‘Aisyah mengisahkan bahwa Nabi pada hari yang lain berkata kepadanya: ‘Adakah sesuatu yang bisa dimakan?’. Jawab ‘Aisyah: ‘Ada’. Lantas Nabi berkata: ‘Kalau begitu saya tak berpuasa, meskipun saya telah berniat puasa’.

4. Mazhab Hambaliyah :
Tidak beda dari Syafi’iyah, mazhab ini mengharuskan niat dilakukan pada malam hari, untuk semupa jenis puasa wajib. Adapun puasa sunnah, berbeda dari Syafi’iyah, niat bisa dilakukan walaupun telah lewat waktu Dhuhur (dengan syarat belum makan/minum sedikitpun sejak fajar).

Kita diperbolehkan menggunakan niat puasa sebulan penuh milik Madzab Maliki dimana pendapat itu didasarkan pada penilaian bahwa puasa sebulan Ramadhan itu adalah sebuah kesatuan, tidak terpecah-pecah, sehingga layak disebut sebagai satu bentuk ibadah, dalam artian antara malam hari yang boleh makan minum dengan siang hari yang harus berpuasa, sudah merupakan suatau gaungan ibadah puasa. Dan juga kebiasaan dari manusia kalau manusia itu tempat salah dan lupa, kadang ada yang bertanya kita lupa niat bagaimana hukumnya??? Dan untuk menghindari dari permasalahan tsb maka Insya Allah alfaqir akan memberitahu cara agar supaya kita tercegah dari kelupaan dalam niat, dan untuk diterima atau tidaknya itu hanyalah urusan dari Allah Azza Wa Jalla.

Kita menggunakan niat beliau semata-mata hanya untuk mencegah kelupaan atau jika kita lupa niat puasa pada malam harinya maka puasa kita masih sah. Tapi tidak hanya dengan melafadzkan niat Imam Malik yang sebulan penuh itu kita tidak niat lagi tiap malam. Kita tetap niat puasa setiap malam (menurut Madzab Imam Syafi’i). Niat Imam Malik tsb hanya untuk menutupi apabila kita lupa niat pada malam harinya.



sumber dari: pondokhabib.wordpress.com

“Why are you crying? I did not lose my Eeman."






Al Hasan ibn Arafah narrated, “I visited Imam Ahmad ibn Hanbal after he was whipped and tortured. I said to him, “O Abu Abdillaaah, you have reached the station of the Prophets!” He said, “Keep quiet. Verily, I saw nothing more than people selling their Deen. And I saw scholars that were with me sell their Faith. So I said to myself, ‘Who am I, what am I. What am I going to say to Allah tomorrow when I stand in front of Him and He ask me, “Did you sell your Deen like the others did?” So I looked at the whip and the sword and chose them. And I said, “If I die I shall return to Allah and say: ‘I was told to say that one of Your Characteristics was something created but I did not.’ After that, it will be upto Him – either to punish me of be Merciful on me.”

Al-Hasan ibn Arafah then asked, “Did you feel pain when they whipped you?” He said “Yes, I felt the pain up to 20 lashes then I lost all feeling (They whipped him over eighty times). After it was over I felt no pain and that day I prayed Dhurh standing.”

Al-Hasan ibn Arafah started weeping when he heard what had happened. Imam Ahmad questioned him,

“Why are you crying? I did not lose my Eeman. After that why should I care if I loose my life.”



sumber dari: ummsilaim.wordpress.com

“Jadilah engkau orang yang tidak dikenal, karena sungguh aku benar-benar telah diuji dengan kemasyhuran.”






Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata:

“Ahmad bin Hanbal adalah seorang tauladan dalam 8 hal: tauladan dalam bidang hadits, fiqih, bahasa arab, Al-Qur’an, kefakiran, zuhud, wara’ dan dalam berpegang teguh dengan sunnah Nabi shalallahu’alaihi wa sallam.

Beliau adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris bin Abdillah bin Hayyan bin Abdillah bin Anas bin ‘Auf bin Qosith bin Mazin bin Syaiban Adz Dzuhli Asy-Syaibani Al-Marwazi Al-Baghdadi.

Lahir pada bulan Rabi’ul Awal tahun 164 Hijriyah di kota Marwa. Beliau lebih dikenal dengan Ahmad bin Hanbal, disandarkan kepada kakeknya. Karena sosok kakeknya lebih dikenal daripada ayahnya. Ayahnya meninggal ketika beliau masih berusia 3 tahun. Kemudian sang ibu yang bernama Shafiyah binti Maimunah membawanya ke kota Baghdad. Ibunya benar-benar mengasuhnya dengan pendidikan yang sangat baik hingga beliau tumbuh menjadi seorang yang berakhlak mulia.

Sungguh mengagumkan semangat Al-Imam Ahmad bin Hanbal di dalam menuntut ilmu. Beliau hafal Al-Qur’an pada masa kanak-kanak. Beliau juga belajar membaca dan menulis. Semasa kecil beliau aktif mendatangi kuttab (semacam TPA di zaman sekarang).

Kemudian pada tahun 179 Hijriyah, saat usianya 15 tahun, beliau memulai menuntut ilmu kepada para ulama terkenal di masanya. Beliau awali dengan menimba ilmu kepada para ulama Baghdad, di kota yang ia tinggali.

Di kota Baghdad ini, beliau belajar sejumlah ulama, diantaranya:

1. Al-Imam Abu Yusuf, murid senior Al-Imam Abu Hanifah.
2. Al-Imam Husyaim bin Abi Basyir. Beliau mendengarkan dan sekaligus menghafal banyak hadits darinya selama 4 tahun.
3. ‘Umair bin Abdillah bin Khalid.
4. Abdurrahman bin Mahdi.
5. Abu Bakr bin ‘Ayyasy.



Pertumbuhan beliau berpengaruh terhadap kematangan dan kedewasaannya. Sampai-sampai sebagian ulama menyatakan kekaguman akan adab dan kebaikan akhlaknya, “Aku mengeluarkan biaya untuk anakku dengan mendatangkan kepada mereka para pendidik agar mereka mempunyai adab, namun aku lihat mereka tidak berhasil. Sedangkan ini (Ahmad bin Hanbal) adalah seorang anak yatim, lihatlah oleh kalian bagaimana dia!”

Beliau adalah seorang yang menyukai kebersihan, suka memakai pakaian berwarna putih, paling perhatian terhadap dirinya, merawat dengan baik kumisnya, rambut kepalanya dan bulu tubuhnya.
Orang-orang yang hadir di majelis beliau tidak sekedar menimba ilmunya saja bahkan kebanyakan mereka hanya sekedar ingin mengetahui akhlaq beliau.

Majelis yang diadakan oleh beliau dihadiri oleh sekitar 5000 orang. Yang mencatat pelajaran yang beliau sampaikan jumlahnya adalah kurang dari 500 orang. Sementara sisanya sekitar 4500 orang tidak mencatat pelajaran yang beliau sampaikan namun sekedar memperhatikan akhlak dan samt (baiknya penampilan dalam perkara agama) beliau.

Yahya bin Ma’in berkata: “Aku tidak pernah melihat orang yang seperti Ahmad. Kami bersahabat dengannya selama 50 tahun. Dan belum pernah kulihat ia membanggakan dirinya atas kami dengan sesuatu yang memang hal itu ada pada dirinya.”

Beliau juga sangat benci apabila namanya disebut-sebut (dipuji) di tengah-tengah manusia, sehingga beliau pernah berkata kepada seseorang: “Jadilah engkau orang yang tidak dikenal, karena sungguh aku benar-benar telah diuji dengan kemasyhuran.”

Beliau menolak untuk dicatat fatwa dan pendapatnya. Berkata seseorang kepada beliau: “Aku ingin menulis permasalahan-permasalahan ini, karena aku takut lupa.” Berkata beliau: “Sesungguhnya aku tidak suka, engkau mencatat pendapatku.”

Beliau adalah seorang yang sangat kuat ibadahnya. Putra beliau yang bernama Abdullah menceritakan tentang kebiasaan ayahnya: ” Dahulu ayahku shalat sehari semalam sebanyak 300 rakaat. Dan tatkala kondisi fisik beliau mulai melemah akibat pengaruh dari penyiksaan yang pernah dialaminya maka beliau hanya mampu shalat sehari semalam sebanyak 150 rakaat.”

Abdullah mengatakan: “Terkadang aku mendengar ayah pada waktu sahur mendoakan kebaikan untuk beberapa orang dengan menyebut namanya. Ayah adalah orang yang banyak berdoa dan meringankan doanya. Jika ayah shalat Isya, maka ayah membaguskan shalatnya kemudian berwitir lalu tidur sebentar kemudian bangun dan shalat lagi. Bila ayah puasa, beliau suka untuk menjaganya kemudian berbuka sampai waktu yang ditentukan oleh Allah. Ayah tidak pernah meninggalkan puasa Senin-Kamis dan puasa ayyamul bidh (puasa tiga hari, tanggal 13, 14, 15 dalam bulan Hijriyah).

Dalam riwayat lain beliau berkata: “Ayah membaca Al-Qur’an setiap harinya 1/7 Al-Qur’an. Beliau tidur setelah Isya dengan tidur yang ringan kemudian bangun dan menghidupkan malamnya dengan berdoa dan shalat.

Suatu hari ada salah seorang murid beliau menginap di rumahnya. Maka beliau menyiapkan air untuknya (agar ia bisa berwudhu). Maka tatkala pagi harinya, beliau mendapati air tersebut masih utuh, maka beliau berkata: “Subhanallah, seorang penuntut ilmu tidak melakukan dzikir pada malam harinya?”
Beliau telah melakukan haji sebanyak lima kali, tiga kali diantaranya beliau lakukan dengan berjalan kali dari Baghdad dan pada salah satu hajinya beliau pernah menginfakkan hartanya sebanyak 30 dirham.



sumber dari: semarengineer.wordpress.com

keikhlasan Imam Hanbali menuntut ilmu






Yahya bin Ma’in menceritakan:

“Aku keluar ke Shan’a bersama Ahmad bin Hanbal untuk mendengarkan hadits dari ‘Abdurrazaq Ash Shan’ani. Dalam perjalanan dari Baghdad ke Yaman, kami melewati Makkah. Kami pun menunaikan ibadah haji. Ketika sedang thawaf, tiba-tiba aku berjumpa dengan ‘Abdurrazaq, beliau sedang thawaf di Baitullah. Beliau sedang menunaikan ibadah haji pada tahun itu. Aku pun mengucapkan salam kepada beliau dan aku kabarkan bahwa aku bersama Ahmad bin Hanbal. Maka beliau mendoakan Ahmad dan memujinya.

Yahya bin Ma’in melanjutkan, “Lalu aku kembali kepada Ahmad dan berkata kepadanya, “Sungguh Allah telah mendekatkan langkah kita, mencukupkan nafkah atas kita, dan mengistirahatkan kita dari perjalanan selama satu bulan. Abdurrazaq ada di sini. Mari kita mendengarkan hadits dari beliau!”
Maka Ahmad berkata, “Sungguh tatkala di Baghdad aku telah berniat untuk mendengarkan hadits dari ‘Abdurrazaq di Shan’a. Tidak demi Allah, aku tidak akan mengubah niatku selamanya.’

Setelah menyelesaikan ibadah haji, kami berangkat ke Shan’a. Kemudian habislah bekal Ahmad ketika kami berada di Shan’a. Maka ‘Abdurrazaq menawarkan uang kepadanya, tetapi dia menolaknya dan tidak mau menerima bantuan dari siapa pun. Beliau pun akhirnya bekerja membuat tali celana dan makan dari hasil penjualannya.”

Sebuah perjalanan yang sangat berat mulai dari Baghdad (‘Iraq) sampai ke Shan’a (Yaman). Namun beliau mengatakan: “Apalah arti beratnya perjalanan yang aku alami dibandingkan dengan ilmu yang aku dapatkan dari Abdurrazaq.”

Al-Imam Abdurrazaq sering menangis jika disebutkan nama Ahmad bin Hanbal dihadapannya, karena teringat akan semangat dan penderitaannya dalam menuntut ilmu serta kebaikan akhlaknya.

Beliau melakukan perjalanan dalam rangka menuntut ilmu ke berbagai negeri seperti Syam, Maroko, Aljazair, Makkah, Madinah, Hijaz, Yaman, Irak, Persia, Khurasan dan berbagai daerah yang lain. Kemudian barulah kembali ke Baghdad.

Pada umur 40 tahun, beliau mulai mengajar dan memberikan fatwa. Dan pada umur tersebut pula beliau menikah dan melahirkan keturunan yang menjadi para ulama seperti Abdullah dan Shalih.
Beliau tidak pernah berhenti untuk terus menuntut ilmu. Bahkan, walaupun usianya telah senja dan telah mencapai tingkatan seorang Imam, beliau tetap menuntut ilmu.



sumber dari: muhasabah2.wordpress.com

eating and praising for every bite






Ishaq bin Hani said:

“I was eating with Imam Ahmad and some relatives. We started talking and Imam Ahmad was eating, we noticed that he was wiping his hand with his handkerchief after every bite and saying: ‘alhumdu lillahi wa bismillah’. He then he said to me: ‘eating and praising Allah is better than eating and staying silent.’”

-Imam Ibn Al-Qayyim (R) in Badai’ al-Fawaaid



sumber dari: ummsulaim.wordpress.com

Thursday 15 November 2012

Al-Quds -sejarah dan pengajaran










A l-Quds bukanlah sebuah ibukota semata-mata. Al-Quds adalah ibu negara umat Arab dan Islam secara kekal untuk selama-lamanya. Al-Quds tanah suci ketiga dari tempat suci umat Islam selepas Mekah dan Madinah. Al-Quds merupakan paksi bumi ke langit, pusat pengumpulan dan perhitungan, pusat tempat perbincangan agama dan kekudusannya sejak zaman berzaman dan apa yang saya ingin utarakan dalam dasar gomentari apa yang dikatakan oleh Netanyahu baru-baru ini dalam sebuah pertemuannya di salah sebuah Sekolah Agama Yahudi di Quds dengan katanya: "Al-Quds tidak akan sempurna pembahagiannya selepas ini, penempatan dan meyahudikan kawasan sekitarnya akan diteruskan".

Kata-kata Netanyahu diluahkan pada kesempatan ulang tahun "Peringatan Penyatuan Quds", iaitu pada hari kita sama-sama memperingati tarikh Naksah - kekalahan 1967 - serta deklarasi Zionis Israel meyahudikan Quds, yang merupakan tarikh keramat mereka memperingati dan memperbodoh-bodohkan kekalahan kesatuan Arab dalam sejarah abad ini !!!.

Setiap kali mereka memperingati ulang tahun kekalahan yang memalukan ini - kekalahan umat Arab dan Islam - para pemimpin Zionis akan memperbaharui persaingan mereka, berlumba-lumba mengumumkan projek-projek skala besar sebagai melahirkan dan menonjolkan rasa bangga idea-idea meyahudi dan mengembangkan penempatan Yahudi di bumi Quds dengan kekuatan harta mereka, dengan keputusan hebat mereka, mencabar masa kini dan akan datang.

Di sini saya ingin memberi amaran kepada kepimpinan Palestin dan pemimpin Arab bahawa kerajaan Netanyahu telah memperuntukkan pada memperingati ulang tahun ini, tahun 2011, sebanyak 296 juta syikal untuk tempoh antara 2011-2016 bertujuan menjadikan Quds bandar pelancongan yang terbesar, pusat penyelidikan terbesar, pusat pembangunan dan industri.

Saya sampaikan berita ini sebagai pertanyaan kepada pemimpin Arab dan Islam, Apa yang telah anda khaskan peruntukan harta/wang dan ketetapan untuk Quds ? Apa yang telah anda khaskan kekuatan untuk keluar dari kekalahan dan penindasan yang dilakukan oleh Zionis terhadap sejarah dan hari-hari memperingatinya ?.

Suka saya ingatkan kepada pemimpin Arab dan pemimpin penjajah Zionis, kesimpulan dari intipati sejarah, bahawa Quds adalah kota Islam dan pusat Isra', Quds sekali-kali tidak akan tunduk pada penjajahan selepas dari pembukaan Islam melainkan pada satu titik dimana pemimpin dan penguasanya berperangai buruk dan lalai, namun ia pasti akan kembali kepada Islam dan umatnya.

Sesungguhnya arahan mengembalikan Quds amat mudah dan ia semakin hampir dari apa yang kita mampu bayangkan, kita hanya perlu membaca sejarah dan mengeluarkan pengajaran darinya, Islam mengajar dan menyuruh umatnya menyemarakkan semangat membara mengubah cara berkempinpinan, dan saya begitu yakin Al-Quds dengan segala kebaikannya walaupun berhadapan dengan berbagai bentuk kesukaran untuk hari-hari yang mendatang, pastinya akan kembali bersatu tetapi pada kali ini dibawah panji-panji Islam dan umat Arab kerana itu adalah janji dan amanah Allah kepada bangsa Arab dan Islam, suruhan ini kekal hingga ke hari qiamat.

Penulis: Dr. Yusuf Zarqa'
Penterjemah: Abu Mohd







sumber dari: amanpalestin.net

Peristiwa Isra' dan Mi'raj





27 Rejab: Peristiwa Isra' dan Mi'raj

Pada malam 27 Rejab tahun yang ke 11 selepas perlantikan Nabi Muhammad sallallahu'alaihiwasallam sebagai Rasul berlaku peristiwa yang bersejarah dalam Islam iaitu Isra' dan Mi'raj. Ketika itu, Rasulullah berada dalam kesedihan di atas kematian dua individu yang banyak membantunya dalam menegakkan Islam iaitu bapa saudaranya Abu Talib dan Isterinya Saiyidatina Khadijah (r.ha). Pada masa yang sama, umat Islam berada dalam tekanan dan pemulauan kaum kafir Quraisy. Pada saat kegundahan itulah Rasulullah SAW diperintahkan oleh Allah Ta'ala untuk menjalani Isra' dan Mi'raj dari Masjidil Haram di Mekkah ke Baitul Maqdis di Palestin, kemudian naik ke langit yang tujuh hingga ke Sidratul Muntaha dalam tempoh hanya satu malam sahaja.

Allah Subhanahuwata'ala telah mengabadikan peristiwa ini di dalam Quran dengan firmanNya dalam surah Al-Isra' ayat 1 yang bermaksud: "Mahasuci Dia (Tuhan) yang memperjalankan hambaNya suatu malam dari Masjidil Haram (di Mekkah) ke Masjidil Aqsa (di Palestin), yang Kami berkati sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya pertanda-pertanda Kami. Bahawa Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat."

Peringatan Isra' dan Mi'raj akan selalu membukakan kenangan di Tanah Palestin, tempat yang menjadi tujuan Isra' Rasulullah SAW dari Mekkah serta menjadi titik tolak Mi'raj ke Sidratul Muntaha. Dengan kata lain, setiap kali kita mengulangi kisah Isra' dan Mi'raj, pasti ingatan kita tidak akan dapat dipisahkan dengan Palestin.

Palestin tempat yang disucikan, tempat Rasulullah mengimamkan solat bersama para anbiya', tempat yang penuh dengan kesan-kesan sejarah suci umat Islam dan pernah menjadi kiblat pertama kaum muslimin seluruh dunia, kini berada dalam cengkaman negara Yahudi Israel. Ia didirikan di Palestin dengan rancangan konspirasi negara-negara Barat dan USA. Kini, ketika kaum muslimin sedunia kembali memperingati peristiwa Isra' dan Mi'raj, kita dapati suasana yang mengerikan sedang berlaku di bumi Palestin dan Lubnan. Beratus-ratus nyawa telah terkorban, beribu-ribu orang tercedera, rumah runtuh dan hancur dibom, kanak-kanak menangis di atas kematian ibubapa mereka, ratusan ribu menjadi pelarian dan seumpamanya yang berlaku kerana kekejaman Yahudi di bumi Isra' iaitu Palestin.

Pada saat kaum muslimin mengagumi peristiwa Isra' dan Mi'raj, sejarah Palestin tidak boleh dilupakan dan dipisahkan dari peristiwa tersebut kerana ia adalah milik seluruh kaum muslimin. Konflik Israel-Palestin adalah konflik yang terpanjang di dunia yang belum selesai. Yahudi akan terus memusuhi Islam dan tidak akan berhenti memerangi kaum muslimin sehinggalah kaum muslimin mengikut telunjuk mereka dan menjadi kafir.


sumber dari: amanpalestin.net

Peperangan Yarmouk





20 Ogos 636: Peperangan Yarmouk

Peperangan Yarmouk berlaku pada 20 Ogos 636 Masihi bersamaan dengan 15 Hijrah di antara tentera Islam dan tentera Rom Byzantine. Peperangan ini dinamakan Peperangan Yarmouk kerana ia berlaku berdekatan dengan sungai Yarmouk di Jordan. Ahli Sejarah menganggap peperangan ini sebagai peperangan terpenting dalam sejarah dunia kerana ia merupakan pembuka tirai bagi kemenangan-kemenangan umat Islam yang seterusnya di Luar Semananjung Tanah Arab dan membawa kepada penguasaan umat Islam sepenuhnya di bumi Syam dan Iraq.

Tentera Islam dipimpin oleh Khalid Ibn Walid (r.a), manakala tentera Rom pula dipimpin oleh Theodore the Sacellarius dan Baanes. Seramai 70,000 orang tentera Rom telah keluar berperang berbanding tentera muslimin yang hanya 41,000 orang sahaja. Namun begitu, dengan izin Allah Ta'ala, tentera muslimin telah dapat mengalahkan tentera Rom yang terkenal dengan kelengkapan perangnya dan ini merupakan kemenangan yang cukup bermakna bagi seluruh umat Islam.

Kekalahan tentera Rom di dalam peperangan Yarmouk menjadikan jalan ke Baitul Maqdis terbuka luas. Lalu Abu Ubaidah bin Al-Jarrah (r.a) meminta supaya Khalifah Umar bin Al-Khattab (r.a) datang ke bandar Al-Quds kerana penduduk bandar Al-Quds tidak mahu menyerah kecuali selepas kehadiran Khalifah umat Islam untuk menerima penyerahan kunci bandar tersebut. Lantas Khalifah Umar bin Al-Khattab (r.a) pergi ke Baitul Maqdis pada tahun 15 Hijrah bersamaan 636 Masihi serta memberi jaminan keamanan kepada penduduk di sana serta berjanji untuk menjamin keselamatan jiwa, harta dan tempat-tempat ibadat mereka serta tidak membenarkan orang-orang Yahudi untuk tinggal bersama mereka di bandar Al-Quds. Khalifah Umar bin Al-Khattab (r.a) telah memberi kebebasan beragama kepada penduduk bandar Al-Quds dengan cara membayar Jizyah. Beliau juga menolak permintaan salah seorang paderi untuk mendirikan solat di dalam gereja Kristian supaya masyarakat tidak terikut-ikut untuk melakukan tindakan yang sama. Kemudian beliau pergi ke kawasan Masjid Al-Aqsa lalu menyapu kotoran yang terdapat pada batu As-Sakhrah, dan seterusnya beliau membina sebuah masjid di sudut sebelah selatan tempat tersebut. Masjid tersebut kini dikenali dengan nama Masjid Umar dan pernah dibakar oleh Yahudi dalam peristiwa pembakaran Masjid al-Aqsa pada 21 Ogos 1969.


sumber dari: amanpalestin.net

Takungan Air Ditemui Di Baitulmuqaddis






Bumi ini masih banyak lagi menyimpan khazanah alam yang belum diterokai. Terbaru beberapa pakar arkeologi menemui sebuah takungan air kuno di sini yang digunakan oleh jemaah semasa ke kota suci bangsa Yahudi, Temple Mount atau dikenali sebagai Haram Ash-Sharif oleh orang Islam. Akhbar MailOnline melaporkan bahawa takungan yang dinamakan cistern itu boleh menyimpan sebanyak 250 kubik meter air. Tempat simpanan air itu dipercayai dibina pada era Tempat Ibadat Pertama sekitar 3,000 tahun dahulu.
Menurut kitab Bangsa Yahudi, Tempat Ibadat Pertama dibina oleh Nabi Sulaiman pada kurun ke-10 sebelum masihi (S.M.) sebelum dimusnahkan 400 tahun kemudian.

“Penemuan ini menjelaskan bahawa sumber air pada era Tempat Ibadat Pertama bukan sahaja bergantung kepada mata air tempatan tetapi juga takungan awam,” kata ketua ahli arkeologi Pihak Berkuasa Alam Semulajadi dan Taman Israel, Tvika Tsuk.

Menurutnya, tapak Tempat Ibadat Pertama yang dibina oleh Nabi Sulaiman kini berada di bawah Dome of the Rock atau Masjid Kubah Emas di sini.


sumber dari: beritamy.blogspot.com


mengapa lantai Masjidil Haram tidak panas






Mungkin ada di antara kita pernah mengujungi Masjidil Haram sama ada bagi menunaikan ibadah haji mahupun ibadah umrah. Namun bagi yang berpengalaman ke sana, mungkin tertanya-tanya mengapakah lantai di Masjidil Haram tidak panas sedangkan cuaca pada ketika itu benar-benar panas sehingga mencecah lebih 40 darjah.

Melakukan tawaf (mengelilingi Kaabah) di malam dan siang hari memang berbeza. Jika malam hari, cuaca cukup sejuk. Oleh itu, orang sekitar Mekkah jika ingin melakukan umrah biasanya dilakukan pada malam hari.

Begitu juga dengan warga di sekitar Kota Makkah seperti Jeddah. Warga di bandar yang terletak sekira satu jam perjalanan dari Mekah ini, biasanya keluar pada petang hari agar boleh sembahyang Maghrib berjamaah sekaligus melakukan umrah.

“Kebiasaan orang di sini begitu. Agak pelik kalau berangkat ke Makkah untuk umrah pada pagi hari,” kata guide MCH Jeddah, Sahe, yang sudah tinggal 23 tahun di Arab Saudi.

Memang suhu di Makkah belakangan ini cukup panas berkisar antara 40-42 darjah celsius. Bandingkan dengan Jakarta yang puncak panasnya berada di kisaran 37 darjah celcius. Puncak panas biasanya terjadi pada pukul 15.00 waktu setempat. Setelah itu, terus menurun hingga malam hari.
Memang keadaannya sangat jauh berbeza. Jika malam hari, melakukan tawaf tidak terlalu menguras tenaga.

Berbeza halnya jika tawaf dilakukan siang hari. Keringat sudah pasti bercucuran kerana panas matahari yang menyengat.

Meski demikian yang unik, meski mengelilingi Kaabah tanpa alas kaki, namun telapak tidak terasa panas sama sekali. Padahal tempat tawaf merupakan ruang terbuka, panas matahari langsung menerpa lantai marmar.

Ini berberda dengan lantai di jalan hendak keluar dari pintu Marwah. Saat berjalan, telapak kaki berasa sangat panas tab berjalan di atas bara api. Kami berjinjit dan berlari kecil untuk mengelakkan panas tersebut.
Lalu kenapa di lantai tempat tawaf dan di luar masjidil haram berbeza 180 darjah. Ini menimbulkan rasa ingin tahu. Salah satu ummal (cleaning service) di Masjidil Haram, Udin (40), mengatakan di bawah Kaabah dan tempat tawaf memang dipasang air conditioner agar telapak kaki peziarah tidak melepuh, kepanasan.

Setelah membaca buku Sami bin Abdullah al Maghlouthm ‘Atlas Haji dan Umrah’ dan sumber lain, barulah terungkap. Awalnya, tempat tawaf tidak berubin marmar seperti saat ini. Dulu hanyalah hamparan pasir lapang. Barulah pada masa Abdullah Ibnu Zubair. Ubinnya saat itu bergaris lima meter dari Kaabah, hingga 1375 Hijrah atau 1954 M di masa Raja Abdul Aziz sumbangan marmar terus berdatangan. Kini lantai marmar untuk tawaf terbuat dari marmar high terbaik yang mampu menahan teriknya panas matahari.

Awalnya lokasi tawaf tidak seluas sekarang, terdapat bangunan di atas Maqam Ibrahim dan juga gerbang pintu masuk telaga Zamzam.

Pada masa Raja Faisal pengubahsuaian dilakukan melanjutkan tempoh Raja Saud, di antaranya adalah pembongkaran bangunan di atas Maqam Ibrahim, sehingga lokasi untuk tawaf lebih lebar dari sebelumnya.
Pada masa Raja Khalid, perluasan laman untuk tawaf kembali dikembangkan. Gerbang menuju telaga zamzam dipindahkan ke dekat serambi masjid sebelah timur. Kerana itulah area tawaf menjadi lebih luas dari 3.298 meter menjadi 8.500 meter, seluruh bahagian Masjidil Haram lama menjadi tempat tawaf.

Kemudian, pengubahsuaian dilanjutkan pada masa Raja Fahd. Dibangunlah ruangan bawah tanah. Tak hanya itu, tingkat bawah tanah juga dilengkapi dengan pengatur hawa dingin. Pusat enjin dibina di kawasan Ajyad. Air sejuk dialirkan di tingkat bawah tanah berasal dari tempat yang sama.

Jadi wajar saja, jika lantai yang digunakan untuk tempat tawaf tidak berasa panas sekalipun suhu udara sangat panas. Ini adalah bentuk perkhidmatan Kerajaan Kerajaan Arab Saudi terhadap jamaah yang setiap tahun harus meninggalkan sanak keluarga di negara mereka demi melaksanakan Rukun Islam ke-5.


sumber dari: beritamy.blogspot.com


pembebasan Al-Quds oleh Salahuddin Al-Ayyubi



27 Rejab 583 hijrah: Pembebasan Al-Quds oleh Salahuddin Al-Ayyubi

Bumi Al-Quds telah dibebaskan pada hari Jumaat 27 Rejab 583H bersamaan dengan 2 Oktober 1187 selepas 88 tahun di bawah jajahan tentera Salib. Pembebasan ini dilakukan oleh pihak muslimin di bawah kepimpinan Salahuddin al-Ayyubi, seorang pemimpin yang kuat berpegang pada agamanya, berperibadi mulia dan seorang yang beramal soleh.

Pembebasan bumi Al-Quds ini tercapai setelah tentera Islam bejaya mengalahkan tentera Salib Kristian dalam peperangan Hittin di bawah pimpinan Salahuddin al-Ayyubi. Jumlah tentera Islam ialah 12,000 orang sementara tentera salib 50,000 orang dipimpin oleh Guy of Lusignan dan Raymond III of Tripoli. Jumlah tentera Islam dalam pembebasan Baitul Maqdis pula tidak sampai 12,000 orang sementara pihak tentera salib 60,000 orang.

Peperangan ini dinamakan peperangan Hittin kerana ia berlaku di Kampung Hittin, di kaki Bukit Hittin, yang terletak di antara Tiberias dan An-Nasirah. Akhirnya tentera Salib telah tewas. Raja Kristian yang memerintah Palestin telah dapat ditawan beserta adiknya Reginald dari Chatillon. Pembesar-pembesar lain yang dapat ditawan ialah Joscelin dari Courtenay, Humphrey dari Toron dan beberapa orang ternama yang lain. Ramai juga tentera-tentera Salib berpangkat tinggi telah tertawan. Stanley Lane-Poole menceritakan, dalam peperangan ini dapat dilihat seorang tentera Islam telah membawa 30 orang tentera Kristian yang ditawannya sendiri diikat dengan tali khemah. Dianggarkan 30,000 tentera Kristian telah mati dalam peperangan ini.


0

Dalam tempoh dua bulan selepas Salahuddin mencapai kemenangan di Hittin, tentera Islam di bawah kepimpinan Salahuddin mengambil keputusan untuk memasuki bandar dan ibukota Al-Quds. Sebanyak lima puluh buah bandar dan perkampungan yang pernah berada di bawah penjajahan tentera Salib telah berjaya dimerdekakan dalam tempoh yang terlalu singkat. Namun begitu, objektif sebenar yang dijanjikan oleh Salahuddin Al-Ayyubi kepada umat Islam ialah untuk membebaskan Al-Quds (Baitul Maqdis) dari kongkongan musuh-musuh Islam.

Untuk tujuan tersebut Salahuddin meneruskan perjalanannya bersama dengan angkatan tentera ke arah Al-Quds (Baitul Maqdis) dan berjaya mengepungnya selama seminggu sehinggalah pasukan tentera pertahanan kota menyerah diri menyebabkan Salahuddin berjaya memasukinya pada hari Jumaat bersamaan 27 Rejab 583H.

Sebaik sahaja tentera Islam berjaya memasuki Al-Quds, Salahuddin Al-Ayyubi mengambil tindakan sebagaimana yang telah dilakukan oleh Saiyidina Umar bin Al-Khattab (r.a) semasa kali pertama beliau berjaya memasuki Al-Quds. Beliau membuat perjanjian dengan semua masyarakat yang tinggal di sana seperti penganut agama Kristian supaya menjaga kehidupan mereka, kehormatan mereka dan hartabenda mereka.



sumber dari: amanpalestin.net

mengapa yahudi menggali di bawah Masjid Al-Aqsa







Lihatlah pengalian di bawah Masjid Al-Aqsa. Cukup cemas, bahaya dan merosakkan asas binaan Masjidil Al-Aqsa. Jika sebelum ini anda membaca melalui portal dan media yang berat sebelah. Kini saksikanlah sendiri kerosakan yang teruk akibat kerja pengalian ini. Keretakkan merata-rata di tiang besar, lantai dan dinding masjid yang suci bagi umat Islam.

Lihatlah pengalian di bawah Masjid Al-Aqsa. Cukup cemas, bahaya dan merosakkan asas binaan Masjidil Al-Aqsa. Jika sebelum ini anda membaca melalui portal dan media yang berat sebelah. Kini saksikanlah sendiri kerosakan yang teruk akibat kerja pengalian ini. Keretakkan merata-rata di tiang besar, lantai dan dinding masjid yang suci bagi umat Islam.




Pihak Israel sedang menggali di bawah Masjidil Al-Aqsa. Mereka mengakui secara terbuka niat mereka untuk menghancurkan Masjidil Al-Aqsa untuk “membangkitkan semula “Temple of Solomon.” iaitu Kuil Sulaiman. Arkeologi dan ahli kaji sejarah mengetahui bahawa runtuhan “Kuil Sulaiman” terletak di bawah Masjidil Al-Aqsa. Kita tidak tahu berapa dalam penggalian tersebut, namun kita tidak boleh berdiam diri dan membiarkan sahaja perkara ini berlaku. Ini memerlukan perhatian dunia Islam.



Saudara Islam seluruh dunia harus tahu apa yang berlaku dan kesan pengalian ini. Ini satu kebenaran yang mengejutkan.




Kenapa pencerobohan harus dilakukan kepada Masjidil Al-Aqsa? Adakah disebabkan nilai tanahnya atau lain-lain sebab musabab yang dikehendaki oleh Yahudi! Nabi Sulaiman A.S Dan Rahsia Yang Tertanam Di Bawah Masjidil A-Aqsa
Berbalik kepada sejarah silam kisah Nabi Sulaiman AS atau Raja Sulaiman yang bertanggungjawab membina apa yang dikenali sebagai Kuil Sulaiman”. Nabi Sulaiman As berbeza dari Nabi-nabi yang lain kerana baginda di beri Allah SWT boleh menguasai umat manusia, dan bangsa jin.
Nabi Sulaiman ditugaskan dengan menyebarkan ayat-ayat Allah SWT iaitu: keyakinan dan ibadah dalam hanya SATU tuhan sahaja. Perkara ini menjadi perhatian Nabi Sulaiman dimana terdapat kaum-kaumnya yang kuat mengamalkan ilmu sihir dan okultisme (ilmu ghaib). Baginda memerintahkan pengawalnya untuk pergi ke seluruh negeri dan merampas setiap buku, naskah, kitab-kitab yang tertulis segala ilmu sihir dimana amalan sesat ini diajar untuk berhubung dengan pemanggil roh. Amalan ini berkaitan berkaitan dengan jin dan setan.
Dalam Islam kita tahu bahawa ilmu sihir adalah haram. Al-Quran mengatakan kepada kita bahawa Jin dan Manusia tidak boleh berhubung kait walaupun hidup di dimensi yang sama dengan manusia, tetapi tidak boleh berkomunikasi antara satu sama lain. Jin tidak dapat dilihat, mereka boleh melihat kita, tapi kita tidak dapat melihat mereka. Tidak wujudnya seperti Jin “baik” atau membantu, kerana setiap jin yang bercakap dan berinteraksi dengan manusia secara langsung dilarang oleh Allah SWT.
Jadi arahan Nabi Sulaiman AS supaya mereka membawa kesemua buku, kitab yang berkaitan dengan ilmu sihir kepadanya, dan kemudian baginda kuburkan semua buku, kitab dan apa jua yang berkaitan dengan amalan ini dimana baginda fikirkan paling selamat iaitu tidak akan ada sesiapa yang boleh mendapatkan atau mencurinya.
Baginda menanamkan buku-buku ajaran sihir itu di bawah tapak kuil tersebut. Baginda melantik beberapa orang kesatria yang di kenali sebagai “Knights of the temple of Solomon” (Knight Templar) untuk menjaga kuil Sulaiman itu siang dan malam.
Kesatria melakukan tugasan yang diberikan pada awalnya. Selepas Nabi Sulaiman a.s wafat, The Knights menemui apa yang terdapat di bawak kuil itu. Mereka menyedari akan kepentingan perkara ini, rahsia amalan sihir berada di hujung jari mereka. Mereka mencuri dan mula berlatih. Mereka pindahkan kitab-kitab dan mula berlatih dan mengamalkan. Mereka benar-benar jauh dari agama Nabi Musa dan Allah SWT. Dan tenggelam di bawah kuasa dan pengaruh Iblis. Kerana ritual yang mereka jalankan, mereka dengan segera menjadi orang yang berpengaruh dan terkaya di negara itu.
Ahli okultisme menegaskan bahawa Syaitan memberi penghargaan kepada pengikutnya dengan kekayaan duniawi. Mereka boleh membuat apa sahaja seperti memberi dan menerima rasuah, maksiat, kerosakan di bumi, dan banyak lagi yang menyimpang dari ajaran sebenar di dalam Islam. Mereka juga percaya bahawa Syaitan meyakinkan mereka, melalui para imam dan pendeta tinggi, bahawa ‘kuasa’ itu adalah Allah yang nyata.
Selama berabad-abad, naskah itu diseludup ke Eropah, dan Kesatria Templar menggelarkan mereka sebagai “Free Mason”. Dengan kekuatan yang terkumpul, mereka pantas menyebarkan pengetahuan ini di seluruh dunia melalui kumpulan-kumpulan rahsia.
Semua ini dilakukan dengan satu tujuan iaitu mengikut kehendak tuhan Syaitan dan sebagai langkah untuk menyambut kedatangan Dajjal bermata satu yang mewakili syaitan di bumi. Simbol mereka adalah piramid dan di atasnya terdapat “all seeing eye” yang bermata satu. Perlu diketahui bahawa orang Mesir kuno juga mempunyai tuhan yang bermata satu dikenali sebagai Mata Ra danMata Osiris. Ingat bahawa ilmu hitam adalah diajar dari orang-orang kafir dari Mesir kuno.






Jadi jika freemason sudah mendapat hak dan kekayaan di dunia dan “harta rahsia” ini. Mengapa semua tertumpu untuk menghancurkan Masjidil Al-Aqsa?
Sebenarnya mereka sedang mempersiapkan kedatangan tuhan mereka iaitu “Dajjal”. Apa Yang Islam Dan Nabi Muhammad SAW Memperingati Kita Tentang Kedatangan Dajjal
1. Dalam Islam kita tahu Dajjal adalah Nabi palsu. Dajjal akan meniru seperti nabi sejati dalam segala hal. Nabi yang sebenar adalah Nabi Isa AS yang akan datang semula untuk memerintah dunia dari Jerusalem. Jadi disitulah Dajjal akan tiba di atas tanah suci, Jerusalam.
2. Nabi Muhammad SAW berkata kepada kami bahawa Dajjal dikeluarkan dari dunia ini. Dengan demikian ia telah berada di planet ini sejak zaman Rasulullah SAW. Kami diberitahu bahawa Dajjal akan hidup di bumi selama 40 hari (satu hari seperti setahun, satu hari seperti sebulan, satu hari seperti seminggu, dan selebihnya seperti hari biasa Ingat 1 tahun surgawi. Adalah sama dengan 1000 tahun manusia. anda melakukan matematik). Ini membuktikan bahawa ia adalah jin yang kuat, seperti jin boleh hidup selama ribuan tahun.
3. Semua Nabi-nabi memperingatkan kaum mereka tentang Nabi palsu ini.
4. Nabi Muhammad SAW pernah memberitahu kedatangan Dajjal dan memperingatkan kita untuk mengetahui bahawa Allah SWT tidak “bermata satu”. Dajjal juga akan mempunyai perkataan kafir di dahinya. Nabi Muhammad SAW juga memberi amaran, bahawa setiap Muslim setelah mendengar “kedatangan” Dajjal perlu memaling muka daripada memandang wajah Dajjal. Dan membelakangkan dan terus berjalan menjauhkan diri darinya. Tidak melihat ke arahnya, atau berjalan ke arahnya. Jangan ingin tahu dan Nabi SAW memberi amaran bahawa orang yang terkuat imannya akan diuji dan mudah boleh jatuh korban fitnah Dajjal, kerana Dajjal adalah “Master of Deception”.
Zionis pernah menyebut bahawa kawasan diantara sungai Nil dan Furat sebagaimana adanya “tanah yang dijanjikan”. Mereka harus membina kuil asal untuk menyambut kedatangan Dajjal.
Jadi Di Mana Tapak Kuil Sion Yang Asal?
Bukti arkeologi dan sejarah membuktikan bahawa runtuhan kuil asal Sion adalah di bawah Kuil Sulaiman. Ini sebabnya mengapa yahudi/zionist ingin menghancurkan Masjidil Al-Aqsa supaya mereka dapat membangunkan semula kuil dibawah Masjidil Al-Aqsa.



Perkara ini menjelaskan mengapa Kerajaan AS begitu baik dengan Israel. Mereka mempunyai tujuan yang sama, dan kepercayaan bersama. Mereka bekerja untuk sebuah kekuatan yang jauh lebih besar, dan jauh lebih jahat dan penuh dengan penipuan. Inilah sebabnya mengapa dasar luar negeri AS adalah pro-Israel, bahkan mereka mengetepikan rakyat mereka sendiri. Inilah sebabnya mengapa mereka membiarkan Palestin diserang berkali-kali. Mereka memang berniat untuk menghancurkan Masjidil Al-Aqsa.




Dan inilah sebabnya mengapa mereka menggambarkan orang-orang Arab dan Muslim sebagai pengganas. Mereka ingin menghasut dan mengubah dunia supaya melawan dan membenci orang Islam, kerana faktanya adalah, orang-orang yang akan terus mempertahankan Masjid Al-Aqsa adalah orang-orang Muslim. Muslim memahami pentingnya Masjidil Al-Aqsa, ia adalah kiblat pertama umat Islam. Oleh kerana itu orang-orang Muslim adalah musuh dajjal dan Amerika adalah murid-murid Dajjal. Dalam Al-Quran mengatakan bahawa salah satu tanda akhir zaman sebelum kedatangan Dajjal adalah runtuhannya Masjidil Al-Aqsa yang sedang berlaku sebagaimana yang anda baca ini.
Semoga Allah SWT melindungi kita semua dari kejahatan Dajjal dan pengikutnya. Semoga cahaya Islam bersinar terang dari sebelumnya.Dan bukti kedatangan Dajjal dan akhir zaman adalah kehancuran Masjidil Al-Aqsa.


sumber dari: beritamy.blogspot.com